PT Rifan Financindo - Rabies pada manusia bisa terjadi akibat kontak dengan hewan peliharaan seperti anjing. Gigitan atau kontak virus lewat air liur yang berasal dari kera, serigala, dan kelelawar pun bisa menyebabkan rabies.
Tim One Health Zoonosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr Asep Purnama MD Internist FINASIM, menjelaskan, rabies di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Sebab, rabies hampir selalu menyebabkan kematian (almost always fatal) setelah timbul gejala klinis dengan tingkat kematian sampai 100 persen.
Baca juga :
Dalam sebuah webinar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Barat V bersama Sanofi Pasteur Indonesia belum lama ini, Asep, mengatakan, Kemenkes RI mencatat bahwa pada 2020 ada 26 dari 34 provinsi di Indonesia yang belum bebas dari rabies, dengan jumlah kematian per tahun lebih dari 100 orang.
Padahal, lanjut Asep, rabies merupakan penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin anti rabies (VAR). "Rabies adalah penyakit yang ditular dari hewan ke manusia. Virus tersebut masuk ke dalam ujung saraf yang ada pada otot di tempat gigitan dan memasuki ujung saraf tepi sampai mencapai sistem saraf pusat yang biasanya pada sumsum tulang belakang, dan selanjutnya menyerang otak," kata Asep. Anjing, Penyebab Kematian Terbanyak pada Manusia Akibat Rabies Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari beberapa binatang yang bisa menyebabkan rabies, anjing menempati posisi pertama sebagai sumber kematian manusia akibat rabies. WHO mencatat hampir 99 persen dari semua penularan rabies kepada manusia terjadi karena gigitan anjing. Dijelaskan Asep kecepatan virus rabies di sepanjang sel saraf hanya 12-14 mm/ hari. Namun, setelah mencapai sistem saraf pusat (otak) kecepatannya berubah menjadi 200-400 mm/hari. Oleh sebab itu, kata Asep, ketika anak-anak tergigit anjing yang tertular rabies, dampaknya bisa sangat fatal. "Karena umumnya mendapatkan gigitan di kepala karena tingginya sejajar dengan binatang. Virus akan lebih cepat sampai ke saraf pusat, yaitu otak," ujar Asep. "Virus rabies di otak ini akan menyebabkan ensefalitis," Asep menambahkan. Lebih lanjut Asep, mengatakan, selain anak dan pemilik hewan peliharaan, kelompok orang yang berisiko tinggi tertular virus rabies adalah dokter hewan, perawat hewan, peneliti virus rabies, petualang alam liar, pekerja lapangan yang dapat digigit binatang buas terinfeksi, dan orang yang sering berkunjung ke daerah rawan rabies. "Petugas kesehatan yang merawat pasien rabies pun rentan tertular," katanya. Itu mengapa mereka dianjurkan untuk mendapatkan vaksinasi Pre-Exposure Prophylaxis sebagai perlindungan sebelum terjadi kontak. "Vaksinasi Pre-exposure akan sangat bermanfaat disamping memberikan perlindungan juga memermudah penanganan jika di kemudian hari terjadi kontak," katanya. Bagi yang Sudah Vaksinasi Pre-Exposure Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Samsuridjal Dzauji SpPD-KAI, FACP menekankan bahwa hingga saat ini belum ada obat yang ditemukan untuk menangani rabies. Seperti yang disampaikan Asep, Samsuridjal juga mengingatkan bahwa rabies dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksinasi anti rabies dapat dilakukan di puskesmas atau rumah sakit. Oleh sebab itu, kata Samsuridjal, guna mencegah makin banyaknya kasus rabies di Indonesia, perlu dilakukan strategi pencegahan yang salah satu caranya adalah dengan melakukan vaksinasi rabies sesegera mungkin. "Sebab, dengan menyuntikkan vaksin anti rabies (VAR) ke dalam tubuh hewan dan manusia, tubuh akan membentuk sistem kekebalan untuk menangkal virus rabies. Cara kerja VAR adalah dengan merangsang sistem daya tahan tubuh untuk membentuk imunitas terhadap virus rabies," katanya. Dia, mengatakan, pembentukan antibodi memang memakan waktu. Namun, jika antibodi sudah terbentuk, dapat bertahan lama, yaitu sekitar satu tahun. "Rabies termasuk dalam roadmap terbaru WHO 2021-2030. Sebagai penyakit zoonosis, diperlukan koordinasi lintas sektoral yang erat di tingkat nasional, regional, dan global," katanya. "Gavi (Global Alliance for Vaccine andImmunization) pada 2019 memasukkan vaksin rabies untuk manusia dalam strategi investasi vaksin pada 2021-2025 yang akan mendukung peningkatan PEP (post exposure prophylaxis) atau pengobatan segera pada korban gigitan setelah terpaparrabies di negara-negara yang memenuhi syarat GAVI," dia menambahkan. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
0 Comments
PT Rifan - Kanker paru masih menjadi salah satu penyakit utama yang menyebabkan kematian di seluruh dunia. Prevalensi tingginya penyakit satu inipun ternyata selaras dengan konsumsi rokok di Indonesia.
Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Erlang Samoedro, SpP(K) mengungkapkan bahwa hingga saat ini, rokok masih menjadi faktor risiko utama terjadinya kanker paru. "Supaya kita bisa menurunkan angka kejadian kanker paru ini, kita harus menekan angka prevalensi rokok di Indonesia," ujar Erlang dalam diskusi virtual bertema Urgensi Pasien Kanker Paru Terhadap Akses Pengobatan Inovatif, Selasa (23/11/2021).
Baca juga :
Ada beberapa faktor lain yang memicu terjadinya kanker paru seperti polusi udara, polusi gas radon, dan sebagainya, konsumsi rokok sendirilah yang masih menjadi penyebab utama dari kanker paru.
Menurut Erlang, Indonesia merupakan negara ketiga paling besar terkait konsumsi rokok. Apalagi tidak diimbangi dengan regulasi-regulasi yang menekan tingginya konsumsi rokok tersebut. Padahal, hal tersebut juga tentu akan berpengaruh untuk menekan tingginya angka kejadian kanker paru di Indonesia. Kondisi inipun diperburuk dengan metode skrining yang belum bisa efektif dan efisien di tengah masyarakat. "Dalam hal skrining pun, belum ada metode yang bisa efektif dan efisien untuk deteksi. Itupun hanya di kota-kota besar seperti sarana pencitraan dengan CT Scan masih ada di kota-kota besar," kata Erlang. "Jadi mungkin untuk skrining yang lebih luas di masyarakat sampai saat ini masih belum tersedia," tambahnya. Lika-Liku akses pengobatan Dalam kesempatan yang sama, Erlang menjelaskan bahwa sejauh ini pengobatan kanker paru masih terbatas. Mengingat hanya pasien kanker paru dengan tipe EGFR positif saja yang bisa ditangani oleh JKN (jaminan kesehatan nasional). "Seperti yang kita ketahui, untuk modalitas penanganan kanker paru kita ada pembedahan, kemoterapi, radioterapi, terapi target, kemudian ada imunoterapi. Nah tidak semua dapat masuk dalam sistem skema JKN," ujarnya. Terlebih, akses pengobatan seperti imunoterapi, terapi target, dan radioterapi hanya berada di kota-kota besar. Sehingga, akses masyarakat yang berada di daerah perifer pun menjadi lebih sulit. "Jadi hanya di kota-kota besar saja yang bisa mengakses pengobatan ini," kata Erlang. PT Rifan. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo Berjangka - Diet vegetarian memiliki beberapa variasi untuk dipilih. Diet vegetarian ini dipercaya untuk kesehatan pribadi, masyarakat, lingkungan dan hewan yang dipelihara untuk makanan.
Dilansir healthline, Selasa (23/11/21) menurut penelitian, diet vegetarian dapat membantu menurunkan berat badan dan menurunkan risiko obesitas serta penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker. Beberapa orang memilih pola makan vegetarian sebagai cara untuk mendukung kesejahteraan hewan dan menyelaraskan dengan etika pribadi mereka. Selain itu, mungkin diet vegetarian lebih hemat biaya atau mereka yang menyukai rasa makanan nabati daripada produk hewani dapat memilih pola makan sesuai diet vegetarian.
Baca juga :
PT Rifan Financindo - Mata kedutan terjadi karena kontraksi berulang pada kelopak mata bagian atas secara spontan dan tiba-tiba.
Kelainan yang dikenal dengan istilah blefarospasme ini terjadi setidaknya beberapa detik sekali dan berlangsung selama kurang lebih 1–2 menit. Dikutip dari WebMed, mata kedutan bukanlah keluhan yang berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun, bila sering terjadi, kondisi ini tentu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Baca juga :
Kondisi mata kedutan bisa terjadi pada siapa saja, tetapi paling sering ditemukan pada orang dewasa perempuan.
Penyebab Mata Kedutan Jika dilihat dari segi medis, kedutan mata bisa muncul akibat gangguan pada kondisi fisik dan mental. Kondisi ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh tengah kelelahan, misalnya akibat kurang tidur atau kurang beristirahat. Mata sering berkedut juga bisa muncul akibat stres atau perasaan tertekan. Faktor gaya hidup juga bisa meningkatkan risiko mata berkedut, seperti konsumsi minuman beralkohol, kafein berlebih, serta aktif merokok. Kedutan pada kelopak mata juga bisa terjadi akibat iritasi pada kornea atau konjungtiva, yaitu bagian dalam kelopak mata. Selain faktor lingkungan atau gaya hidup, blefarospasme esensial jinak juga diduga terjadi karena faktor keturunan. Cara Mengatasi Mata Kedutan Mata kedutan pada dasarnya tidak memerlukan penanganan khusus dan akan hilang dengan sendirinya. Anda cukup memperbanyak istirahat dan mengurangi alkohol, rokok, dan kafein. Jika mata kering atau mata teriritasi adalah penyebabnya, cobalah gunakan obat tetes mata. Namun, jika mata kedutan tidak kunjung membaik atau berhenti, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Terlebih, jika mata kedutan disertai dengan tanda dan gejala berikut ini:
Konsultasikan ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang sesuai, baik dengan obat-obatan maupun operasi. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
Rifan Financindo - Pandemi COVID-19 tak dimungkiri mengubah kebiasaan sehari-hari. Salah satunya dalam hal menjaga kebersihan diri. Indonesia Water Institute (IWI) menemukan, terjadi peningkatan 3 kali lipat kebiasaan mandi 3 kali sehari selama pandemi.
Menjaga kebersihan diri dengan rutin mandi, terutama di masa pandemi tentu baik adanya. Namun, jika terlalu sering, kebiasaan ini malah berpotensi membuat kulit kering. “Kebiasaan mandi yang sering ini, dapat berpotensi menjadi penyebab tejadinya kulit kering," ungkap dermatolog dr. Arini Widodo, SpKK dalam acara jumpa pers oleh Zen Antibacterial Soap Jumat pekan lalu.
Baca juga :
Selain frekuensi mandi, Arini juga mengatakan durasi waktu mandi, suhu air yang terlalu panas, hingga pemilihan sabun yang tidak tepat bisa memengaruhi kondisi kulit.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan agar kulit senantiasa terlindungi, sehat dan segar yakni menjaga agar tubuh tetap terhidrasi. Karenanya ada hal-hal yang perlu dihindari, terutama di masa pandemi ketika banyak individu bekerja dari rumah. Hal-hal tersebut yakni seperti terlalu lama bekerja di ruangan ber-AC, kurang minum, sering berjemur di bawah sinar matahari, khawatir berlebihan hingga stres. Pilih sabun yang tepat Terkait kebiasaan mandi, memilih sabun yang tepat juga akan berpengaruh pada kondisi kulit. Jika memilih sabun antibakterial, Arini mengatakan perlu memperhatikan kondisi sensitifitas kulit serta memilih sabun dnegan kandungan bahan alami. "Kandungan natural dalam sabun antibacterial seperti ceramide yang kaya ditemukan dalam Shiso Merah Jepang dapat berfungsi untuk menjaga kelembutan kulit. Formulasi produk yang mengandung bahan natural seperti ini dapat membantu fungsi barrier kulit," ungkapnya, mengutip siaran resmi yang diterima Liputan6.com. Arini mencontohkan, setelah kulit menjadi kering, akan terlihat kusam, tidak kenyal, permukaannya tidak rata, bersisik, pecah-pecah gatal, mudah iritasi dan terkena infeksi. Kulit yang terlalu kering akan mudah terinfeksi karena lapisan luar kulit lebih mudah rusak sehingga memungkinkan kuman masuk ked dalam kulit. Infeksi kulit yang disebabkan kuman streptococcus dan staphylococcus umumnya disertai tanda-tanda sebagai berikut:
Sumber : Liputan 6
PT Rifan - "Dok, nanti kalau makan obat terus kasian ginjal saya. Katanya bisa kena ke ginjal ya dok?" Pertanyaan tersebut sering didapati dokter spesialis penyakit dalam konsultan Rulli Rosandi di ruang praktiknya. Dengan tegas Rulli mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar.
Ketika mendapati pertanyaan semacam di atas, ia kemudian menawarkan pada pasiennya untuk mengunjungi unit cuci darah yang ada di rumah sakit. Pasien bisa bertanya alasan menjalani cuci darah. "Saya kadang minta pasien main ke sana, tanya ke pasien di sana. Karena sebagian pasien yang menjalani cuci darah adalah pasien diabetes. Coba tanya, mereka yang di sana itu karena rajin minum obat atau tidak minum obat," kata Rulli dalam live Instagram bersama Kemenkes RI.
Baca juga :
Ketika pasien diresepkan obat, baik oral maupun injeksi, oleh dokter, maka hal tersebut berguna untuk membantu menurunkan kadar gula darah. Namun, ketika pasien tidak mengonsumsinya bisa berakibat komplikasi, salah satunya pada ginjal.
"Karena tidak minum obat membuat peningkatan kadar gula darah, yang membuat komplikasi ke ginjalnya," kata Rulli. Mengonsumsi obat seumur hidup juga bukan ketergantungan tapi kebutuhan. Jika bukan pasien diabetes ya tentu tidak butuh obat tersebut. "Diubah paradigmanya, makan obat itu kebutuhan bagi diabetesi. Sama seperti kita makan nasi, kan kebutuhan. Nah, bagi diabetesi, obat itu ya kebutuhannya," katanya lagi. Ubah Gaya Hidup Selain mengonsumsi obat, tatalaksana diabetes juga pada aspek gaya hidup. Dokter bakal menyarankan pasien untuk melakukan asupan nutrisi yang tepat serta berolahraga. "Dalam semua tahapan diabetes yang paling penting ada dua, yakni dengan non obat-obatan dan obat-obatan. Kombinasi keduanya," kata Rulli. PT Rifan. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo Berjangka - Menata rambut sehari-hari mungkin bisa jadi hal yang melelahkan. Apalagi jika rambut terus-menerus berjatuhan karena rontok. Ternyata, penyebab rambut rontok pun beragam lho.
"Rambut rontok ini bisa muncul karena sejumlah alasan. Dua penyebab utama adalah kerusakan dan kekeringan. Ketika rambut rusak, kering, dan rapuh itu rentan terhadap kerontokan," ujar penata rambut Sunnie Brook dikutip Bustle, Selasa (16/11/2021). Jika rambut semakin menipis, kemungkinan bagi Anda untuk menatanya pun akan semakin sulit. Terlebih, rambut-rambut kecil atau yang dikenal dengan baby hair juga bermunculan.
Baca juga :
PT Rifan Financindo - Gula darah tinggi yang tidak terkontrol pada pengidap diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit mata. Beberapa di antaranya bahkan dapat menyebabkan kerusakan mata permanen, seperti retinopati diabetik.
Sayangnya, masyarakat Indonesia seringkali tidak menyadari kondisi diabetes yang dialami hingga parah dan berdampak pada organ lainnya. Retinopati diabetik adalah terganggunya penglihatan akibat rusaknya retina pada mata yang disebabkan oleh komplikasi penyakit diabetes melitus.
Baca juga :
Rifan Financindo - Kuku adalah bagian integral dari tubuh kita yang membantu melindungi jari tangan dan kaki kita. Kuku juga memungkinkan kita melakukan aktivitas yang tidak mungkin dilakukan tanpanya, seperti menggaruk atau memungut sesuatu.
Mengingat bahwa ia menerima darah dan nutrisi dari tubuh, kuku bisa menandakan kekurangan atau penyakit tersembunyi yang mungkin Anda derita. Perubahan warna kuku mungkin tidak tampak mengkhawatirkan dalam banyak kasus. Namun, terkadang itu bisa menjadi pertanda penyakit kronis, terutama kanker.
Baca juga :
PT Rifan - Paru-paru berfungsi sebagai penyedia oksigen untuk tubuh. Organ ini juga berfungsi mengeluarkan gas lain, seperti karbon dioksida. Proses ini berlangsung 12 sampai 20 kali dalam satu menit.
Mengutip my clevelandclinic org, saat menarik napas melalui hidung atau mulut, udara mengalir ke faring (belakang tenggorokan), melewati laring (kotak suara) dan masuk ke trakea (tenggorokan). Trakea dibagi menjadi 2 saluran udara yang disebut tabung bronkial. Satu tabung bronkial mengarah ke paru-paru kiri, yang lain ke paru-paru kanan. Agar paru-paru melakukan yang terbaik, saluran udara harus terbuka selama inhalasi dan pernapasan. Saluran udara juga harus bebas dari peradangan (pembengkakan) dan jumlah lendir yang tidak normal.
Baca juga :
|
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
April 2021
Categories |