PT Rifan Financindo - Merebaknya virus COVID-19 membuat para peneliti bergerak untuk mempelajari virus ini. Salah satunya dalam segi ketahanan virus di beberapa permukaan benda.
Menurut weforum.org, ketahanan virus tergantung pada jenis permukaan tempat mereka menempel. Penelitian menunjukkan, virus corona dapat bertahan hingga 72 jam di permukaan yang keras dan mengkilap. “Virus hanya mereplikasi di dalam sel hidup, di luar sel, mereka berada dapat menginfeksi kita, atau hancur dengan sendirinya. Tingkat ketahanan virus di luar sel bervariasi,” tulis weforum.org.
Baca juga :
Para peneliti menemukan SARS-CoV-2 tetap menular di tetesan udara setidaknya selama tiga jam. Ini tidak berarti manusia yang terinfeksi menghasilkan cukup virus setelah batuk untuk menginfeksi orang lain. Tetapi kemungkinannya tetap ada. Virus juga menyebar melalui sentuhan jika virus menempel di benda yang disentuh kemudian tangan itu diletakan di hidung atau mulut maka virus dapat menular. Permukaan yang keras dan mengkilap seperti plastik, stainless steel, dan kaca dapat mendukung virus bertahan di benda-benda tersebut selama 72 jam. Tetapi keaktifan virus dapat menurun dengan cepat selama waktu tersebut. Sedang, pada permukaan berserat dan menyerap seperti karton, kertas, kain dan goni, virus akan tidak aktif dalam waktu lebih cepat daripada di benda keras dan mengkilap. **Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini. Mengurangi Risiko Setiap orang memiliki risiko tinggi tertular COVID-19. Pasalnya, berbagai benda di tempat umum seperti gagang pintu, pegangan di bus, dan kursi penumpang bisa saja tertempel virus. Tanpa disadari tangan menyentuh benda-benda itu ketika hendak pergi kerja, sekolah, atau kegiatan lain. “Pikirkan tangan Anda sebagai musuh. Cuci dengan baik, dan jauh lebih sering daripada biasanya. Saat mencuci tangan, hindari terus-menerus menyentuh selaput lendir yang mengarah ke saluran udara Anda. Pada dasarnya, cobalah untuk tidak menggosok mata, dan menyentuh hidung, bibir, dan mulut Anda.” Dalam membantu memerangi penyebaran virus, beberapa cara kecil dapat dilakukan. Contohnya di Sydney, Australia, penyeberangan otomatis telah diatur sehingga orang tidak perlu menyentuh tombol. Untuk memperlambat penyebaran COVID-19, orang-orang dapat menganggap segala sesuatu yang ada di luar rumah memiliki potensi kontaminasi yang tinggi. Sering mencuci tangan setelah memegang benda dan tidak membiasakan memegang wajah adalah langkah awal yang baik. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
0 Comments
Rifanfinancindo - Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) melakukan kajian terhadap kondisi wabah Corona COVID-19 yang tengah melanda dunia, terutama Indonesia saat ini.
Berdasarkan kajian tersebut, PAPDI menyampaikan, jika teori herd immunity diterapkan di Indonesia, populasi yang berisiko terinfeksi COVID-19 akan berjumlah fantastis. Herd immunity akan berdampak pada kematian massal kelompok usia produktif hingga hilangnya sebuah generasi. Kajian tersebut disampaikan oleh PAPDI pada Ketua Gugus Tugas Percepatan Pengendalian COVID-19 dan Ketua PB IDI melalui sebuah surat resmi tertanggal 27 Maret 2019.
Baca juga :
Dalam surat tersebut, PAPDI menerangkan, Indonesia dengan jumlah populasi penduduk terbanyak ke-4 di dunia memiliki 64 persen jumlah usia produktif serta 9,6 persen lansia. Sementara, populasi tersebut juga diiringi penyakit penyerta seperti kardiovaskular 1,5 persen, diabetes 10,9 persen, penyakit paru kronis 3,7 persen, hipertensi 34 persen, kanker 1,8 persen per 1 juta penduduk, dan penyakit autoimun 3 persen. Kondisi tersebut membuat populasi yang berisiko terinfeksi melalui herd immunity akan berjumlah besar.
"Dampaknya adalah PENINGKATAN JUMLAH KEMATIAN. KEMATIAN MASSAL ini bisa terjadi di kelompok usia produktif sehingga mengakibatkan hilangnya sebuah generasi," tulis PAPDI. Dalam keterangannya, PAPDI menyebut, 60 persen pasien COVID-19 di AS, Kanada, dan Eropa berada pada kelompok usia produktif. "Dan kelompok usia ini juga tidak terlepas dari risiko kemungkinan perburukan yaitu ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)." Apa itu herd immunity? Diketahui Herd immunity atau juga dikenal dengan imunitas kawanan didefinisikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebagai situasi di mana proporsi populasi yang cukup kebal terhadap penyakit menular (melalui vaksinasi dan/ atau antibodi dari infeksi sebelumnya) membuat penyebarannya dari orang ke orang menjadi lambat bahkan bisa berhenti. Artinya, di mana ada suatu kekebalan kawanan atau herd immunity yang berasal dari vaksinasi atau yang sudah terinfeksi dan dapat sembuh, akan lebih sedikit orang yang bisa terinfeksi, karena penyebaran virus dari orang ke orang cukup sulit. Informasi serupa didapat dari NHS, ketika cukup banyak orang dalam suatu komunitas mendapat vaksinasi akan suatu penyakit, kondisi itu akan membuat penyakit sulit menular pada individu tertentu yang belum divaksin. Mengutip laman Independent, profesor bidang epidemiologi penyakit menular di University of Edinburgh Mark Woolhouse mengatakan, herd immunity adalah dasar bagi semua program vaksinasi. Namun, herd immunity juga bisa didapat secara alami. "Jika Anda telah terpapar infeksi apa pun, cukup banyak orang juga telah terpapar dengan infeksi yang sama, mengembangkan antibodi dan mereka menjadi imun terhadap penyakit itu, Anda bisa memiliki herd immunity secara alami. Dan virus tertentu itu tak akan bisa menyebabkan epidemi pada populasi," jelasnya. Rekomendasi PAPDI Perlu diketahui, COVID-19 adalah penyakit baru yang belum banyak dipahami karakteristiknya serta masih terus diteliti pencegahan dan pengobatannya. Seperti disampaikan oleh PAPDI, "COVID-19 memiliki perjalanan penyakit yang cepat dan sangat mudah menular melalui droplet, kontak dan dapat bertahan di permukaan benda cukup lama." Kesimpulan dari hasil kajiannya, PAPDI merekomendasikan dua hal terkait prinsip pencegahan penularan penyakit infeksi melalui pemutusan rantai host/pejamu/inang, yakni: 1. Memutus rantai HOST/PEJAMU/INANG dengan BERBAGAI CARA 2. Deteksi dan pengobatan dini pasien COVID-19 tidak akan optimal jika tidak dilakukan pemutusan rantai transmisi SECARA TEGAS. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
Rifan Financindo - Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) adalah penyakit pernapasan yang parah dan dapat berujung fatal pada manusia akibat infeksi hantavirus. Kemunculan hantavirus di Tiongkok cukup menggemparkan publik.
Kasus terkuak setelah seorang pria meninggal dunia di Tiongkok pada Senin, 23 Maret dan dinyatakan positif hantavirus. Berdasarkan informasi Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, hantavirus ditularkan melalui tikus. Siapa pun yang bersentuhan dengan tikus yang membawa hantavirus berisiko terkena HPS. Hewan pengerat di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi risiko utama paparan hantavirus. Bahkan orang sehat pun berisiko terkena infeksi HPS jika terpapar virus.
Baca juga :
Sampai saat ini, tidak ada kasus HPS yang telah dilaporkan, khususnya di Amerika Serikat, yang mana ditularkan dari satu orang ke orang lain.
Adapun fakta seputar hantavirus yang dihimpun dari CDC, sebagai berikut: 1. Lokasi potensial paparan hantavirus Kasus infeksi hantavirus manusia terjadi secara sporadis, biasanya di daerah pedesaan yang masih terdapat hutan, ladang, dan peternakan. Lokasi ini menawarkan habitat yang cocok untuk inang hewan pengerat virus. Area di sekitar rumah atau tempat kerja hewan pengerat dapat hidup, misalnya, rumah, lumbung, bangunan tambahan, dan gudang jadi lokasi potensial orang mungkin terpapar virus. Beberapa hantavirus lain mampu menyebabkan infeksi hantavirus di AS. Hantavirus New York, yang dibawa oleh tikus berkaki putih, dikaitkan dengan kasus HPS di AS timur laut. Hantavirus Black Creek, yang dibawa oleh tikus kapas, ditemukan di AS bagian tenggara. Kasus HPS telah dikonfirmasi di tempat lain di Amerika, termasuk Kanada, Argentina, Bolivia, Brasil, Chili, Panamá, Paraguay, dan Uruguay. 2. Bisakah hewan peliharaan jadi media penularan HPS ke manusia? Hantavirus yang menyebabkan penyakit pada manusia di Amerika Serikat tidak diketahui ditularkan oleh hewan jenis lain apa pun, selain spesies hewan pengerat tertentu. Anjing dan kucing tidak diketahui membawa hantavirus. Namun, hewan peliharaan dapat membawa tikus yang terinfeksi hantavirus jika menangkap hewan-hewan tersebut dan membawanya pulang. 3. Cara penularan hantavirus Di Amerika Serikat, jenis tikus rusa, tikus kapas, dan tikus padi di negara bagian tenggara dan tikus putih di timur laut adalah reservoir hantavirus. Hewan pengerat menumpahkan virus ke dalam urine, kotoran, dan air liur. Virus ini ditularkan kepada manusia ketika mereka menghirup udara yang terkontaminasi oleh virus. Tatkala urine hewan pengerat, kotoran, atau bahan bersarang bercampur, tetesan kecil yang mengandung virus masuk ke udara. Proses ini dikenal sebagai transmisi udara. Ada beberapa cara lain tikus dapat menyebarkan hantavirus kepada manusia, yaitu:
4. Kelompok orang yang berisiko terinfeksi hantavirus Siapa pun yang bersentuhan dengan tikus yang membawa hantavirus berisiko terkena HPS. Orang sehat pun berisiko terkena infeksi HPS jika terpapar virus. Setiap aktivitas yang membuat Anda harus bersentuhan dengan kotoran tikus, air seni, air liur, atau bahan bersarang tikus membuat berisiko terinfeksi. Hantavirus menyebar saat partikel-partikel yang mengandung virus dari urine tikus, kotoran, atau air liur bercampur ke udara. Penting untuk menghindari tindakan yang menimbulkan debu beterbangan, seperti menyapu atau menyedot debu. Infeksi hantavirus terjadi ketika Anda menghirup partikel virus di udara. 5. Gejala awal dan terlambat muncul Dari informasi yang terbatas, gejala hantavirus dapat berkembang antara 1 sampai 8 minggu setelah terpapar urine, kotoran, atau air liur dari tikus yang terinfeksi. Gejala Dini Gejala awal termasuk kelelahan, demam, dan nyeri otot, terutama pada kelompok otot besar (paha, pinggul, punggung, bahu). Gejala-gejala ini bersifat umum. Ada juga yang mengalami sakit kepala, pusing, kedinginan, dan masalah perut, seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut. Sekitar setengah dari semua pasien HPS mengalami gejala-gejala tersebut. Gejala yang Terlambat Muncul Empat hingga 10 hari setelah fase awal gejala yang muncul, gejala HPS yang terlambat dapat muncul. Ini termasuk batuk dan sesak napas. Paru-paru dapat dipenuhi cairan. Apakah hantavirus fatal? Betul. HPS bisa berakibat fatal dengan tingkat kematian 38 persen. 6. Diagnosis HPS Mendiagnosis HPS pada individu yang baru terinfeksi beberapa hari terbilang sulit. Ini karena gejala awal seperti demam, nyeri otot, dan kelelahan mirip dengan influenza. Tetapi jika individu tersebut mengalami demam dan kelelahan serta riwayat potensi paparan hewan pengerat di pedesaan, diiringi sesak napas, akan mengarah pada HPS. Jika individu tersebut mengalami gejala-gejala ini, mereka harus berkonsultasi ke dokter dan menyebutkan potensi paparan hewan pengerat. 7. Pengobatan HPS Tidak ada perawatan khusus, pengobatan atau vaksin untuk infeksi hantavirus. Namun, kita tahu bahwa jika orang yang terinfeksi diketahui lebih awal dan menerima perawatan medis di unit perawatan intensif, kondisi akan membaik. Dalam perawatan intensif, pasien diintubasi dan diberikan terapi oksigen untuk membantu gejala kesulitan bernapas yang parah. Semakin awal pasien dibawa ke perawatan intensif, semakin baik. Oleh karena itu, jika Anda berada di sekitar hewan pengerat dan alami gejala demam, nyeri otot dalam, dan napas pendek, segera temui dokter. Pastikan untuk memberi tahu dokter bahwa Anda berada di sekitar hewan pengerat. Cara ini akan mengingatkan dokter untuk mencari dengan cermat segala penyakit yang dibawa hewan pengerat, seperti HPS. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Infeksi hantavirus, yang dikenal dengan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) rupanya dapat terpapar kepada manusia melalui sejumlah aktivitas. Kemunculan hantavirus di Tiongkok ditularkan lewat tikus, baik urine dan kotoran tikus.
Virus hanta bercampur dengan udara, lalu dihirup manusia dapat berujung fatal dan menyerang sistem pernapasan. Gejala awal infeksi hantavirus, termasuk kelelahan, demam, dan nyeri otot, terutama pada kelompok otot besar (paha, pinggul, punggung, bahu). Selain itu, rasa sakit kepala, pusing, kedinginan, dan masalah perut, seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut dapat dirasakan.
Baca juga :
Data Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat menyebut, beberapa kegiatan yang membuat manusia berisiko kena hantavirus.
1. Membersihkan bangunan yang tidak atau jarang digunakan Membersihkan loteng, gudang, dan bangunan di luar rumah, misal lumbung, garasi, dan gudang berisiko potensial terinfeksi hantavirus. Apalagi bila Anda tinggal di daerah pedesaan dengan hutan yang masih ada. Tikus pun mudah berkembang biak. 2. Bersih-bersih rumah Bersih-bersih di dalam dan di sekitar rumah Anda sendiri dapat membahayakan bila hewan pengerat telah menjadikannya sarang mereka juga. Cuaca yang dingin membuat hewan pengerat ini tergerak mencari ruangan yang hangat. Rumah pun jadi sasarannya. Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung dan jalan di Jakarta, Sabtu (10/11). Selain memberi sertifikasi, Kementerian PUPR juga memberi bimbingan teknis keahlian kepada 208 peserta. (Merdeka.com/Imam Buhori) 3. Pekerjaan konstruksi Pekerja konstruksi, utilitas, dan pengontrol hama dapat terpapar ketika mereka bekerja di ruang yang butuh merangkak. Contohnya, basement atau di bangunan kosong yang mungkin memiliki populasi hewan pengerat. 4. Berkemah dan jalan kaki Orang yang hobi berkemah dan pejalan kaki juga dapat terpapar hantavirus. Terlebih lagi mereka menggunakan tempat perlindungan atau kamp, yang ternyata menjadi habitat hewan pengerat. Peluang terkena hantavirus terbesar meliputi orang bekerja, bermain, atau tinggal di ruang tertutup. Pada kondisi itu, tikus hidup secara aktif. Namun, hasil penelitian baru-baru ini menunjukkan, banyak orang yang didera HPS akibat terus menerus kontak dengan tikus dan/atau kotorannya. Selain itu, ada juga orang yang kena HPS melaporkan, mereka merasa tidak terkontak dengan tikus atau kotorannya. Oleh karena itu, jika Anda tinggal di daerah dengan hewan pengerat, lakukan tindakan pencegahan meski tidak melihat hewan pengerat atau kotorannya. Anda bisa menutup lubang, celah-celah, dan menaruh jebakan tikus. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
Rifanfinancindo - Penelitian terkait virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 masih terus dilakukan. Salah satunya kemungkinan cara penularannya lewat udara.
Dalam sebuah studi di The New England Journal of Medicine pada 18 Maret lalu, para peneliti menemukan bahwa SARS-CoV-2 masih berpotensi menularkan ketika mereka bersifat aerosol atau tersebar di udara. Setidaknya, mereka bisa bertahan hingga durasi penelitian tersebut yaitu tiga jam. "Hasil kami menunjukkan bahwa transmisi aerosol dan benda mati dari SARS-CoV-2 masuk akal, karena virus dapat tetap hidup dan menular dalam aerosol selama berjam-jam dan pada permukaan hingga harian," tulis para peneliti seperti dikutip dari The New England Journal of Medicine pada Senin (23/3/2020).
Baca juga :
Rifan Financindo - Juru Bicara Pemerintah COVID-19 Achmad Yurianto melaporkan penambahan kasus pasien meninggal menjadi total 48 orang. Terhitung pada Minggu (22/3/2020) penambahan pasien meninggal sebanyak 10 orang.
Sedangkan total penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia pada Minggu (22/3/2020) berjumlah 64 orang. "Sehingga totalnya adalah 514 orang," kata Yuri di Gedung BNPB, Jakarta, Minggu Yuri mengatakan, dari total kasus tersebut, jumlah pasien yang sembuh setelah dua kali menjalani tes spesimen dan dinyatakan negatif bertambah 9 orang. Sehingga total ada 29 orang yang diizinkan pulang.
Baca juga :
Data 21 Maret
Sebelumnya diberitakan, jumlah kasus positif corona COVID-19 di Indonesia bertambah sebanyak 81 orang pada Sabtu, 21 Maret 2020. Dengan begitu, total kasus positif corona COVID-19 di Indonesia per Sabtu menjadi 450 orang. "Kasus konfirmasi positif COVID-19 pada saat ini. Ada penambahan kasus baru sebanyak 81 orang," kata Yurisaat memberikan keterangan pers di Kantor BNPB, Jakarta, Sabtu (21/3) Yuri menambahkan untuk kasus yang sudah dua kali dinyatakan negatif, klinisnya membaik, dan dinyatakan sembuh ada penambahan sebanyak 4 orang. Dengan begitu, total ada 20 orang dinyatakan sembuh dari COVID-19. "Penambahan kematian 6 orang, hingga total 38," pungkasnya. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Anak-anak juga bisa terinfeksi virus corona atau COVID-19. Secara garis besar, gejalanya hampir sama dengan orang dewasa.
Dokter Darmawan Budi Setyanto, spesialis anak dari Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, gejala sistemik COVID-19 pada anak bisa berupa demam, rasa tidak enak badan seperti ngilu di tulang. "Ini yang kita lihat pada anak kecil, anaknya menjadi rewel," kata Darmawan dalam sebuah temu media di Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Kamis (19/3/2020).
Baca juga :
Rifanfinancindo - Pemerintah China telah memberi izin pada para peneliti untuk mulai melakukan uji coba vaksin Virus Corona pada manusia. Mereka berpacu dengan waktu untuk mengembangkan vaksin guna mengatasi pandemi COVID-19 yang telah merenggut lebih dari 7.000 nyawa di seluruh dunia.
Para peneliti di Academy of Military Medical Sciences China berafiliasi pada Chinese People's Liberation Army (PLA) menerima izin untuk merilis uji klinis tahap pertama vaksin potensial tersebut pada minggu ini, Channel News Asia mengutip media lokal. Sementara itu para peneliti di Amerika Serikat juga tengah melakukan percobaan klinis terhadap vaksin yang dikembangkan oleh National Institure of Allergy and Infectious Diseases dan perusahaan bioteknologi Moderna pada Senin (16/3)
Baca juga :
Data dari percobaan klinis yang dilakukan oleh peneliti China menunjukkan bahwa tes tahap pertama untuk melihat apakah vaksin tersebut aman pada manusia akan melibatkan 108 individu sehat untuk berpartisipasi pada 16 Maret hingga 31 Desember. Uji coba ini akan dilaksanakan Academy of Military Medical Sciences dan firma bioteknologi CanSionomilik Hong Kong. Para ahli di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tidak mengira bahwa vaksin yang telah diuji dan disetujui akan masuk ke pasar hingga pertengahan tahun depan. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
Rifan Financindo - Semakin meluasnya penyebaran pandemi virus corona (COVID-19), menyebabkan perlombaan bidang olahraga dan berbagai acara perkumpulan ditunda dan dibatalkan, Anda mungkin mengkhawatirkan kesehatan Anda jika ini mempengaruhi rutinitas olahraga Anda.
Menurut David Nieman, Dr.PH., profesor kesehatan di Appalachian State University sekaligus direktur Human Performance Lab di North Carolina Research Campus, beserta Brian Labus, Ph.D., di University of Nevada, Las Vegas olahraga di luar rumah sebenarnya lebih aman. Apalagi bila di dalam rumah ada seseorang yang sedang terjangkit penyakit menular. "Hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah berlari atau berolahraga di luar. Lagipula, tidak ada data yang menjelaskan bahwa Anda akan sakit dari patogen penyakit pernapasan saat berolahraga," ujar Nieman, seperti dikutip WomensHealthMag.
Baca juga :
David menuturkan, paparan terhadap orang yang terinfeksi harus dikurangi sebanyak mungkin. Jadi jika Anda ingin berolahraga bersama teman kelompok, Anda bisa melindungi diri Anda dengan saling memberi jarak dan menghindari sentuhan tak penting. Dan tentu jangan lupakan mencuci tangan setibanya Anda di rumah. "Berolahraga 30-60 menit dalam frekuensi sedang hingga cepat dapat membantu sistem kekebalan Anda mencegah virus. Saya menyarankan melakukan beberapa latihan fisik dimanapun Anda berada (lebih baik di rumah saja jika sedang di karantina), kecuali jika Anda sedang sakit," katanya. Namun, David mengungkapkan jika Anda menderita flu atau virus corona, atau demam, orang sakit bisa salah menafsirkan bahwa mereka dapat 'mengeluarkan virus dengan berolahraga' atau 'mengeluarkan virus dari keringat," itu adalah mitos. Sebenarnya justru sebaliknya," kata Nieman. Bisakah Virus Corona Menyebar Melalui Keringat? Menurut CDC, transmisi virus corona terjadi saat dua orang atau lebih melakukan kontak langsung (sekitar 2-3 meter) dengan orang terinfeksi melalui percikan dari saluran napas, seperti batuk atau bersin. Jadi keringat tidak termasuk. "Apakah virus corona bisa menular tanpa gejala? Ini masih belum diketahui. Bisa saja Anda menular tepat sebelum Anda menunjukkan gejala, tetapi para peneliti masih belum tahu dalam jangka waktu berapa lama dan seberapa menularnya," jelas David. Memberi jarak adalah solusi untuk saat ini, ujar David. Para ahli masih berusaha mencari tahu jawabannya, masalahnya, virus ini tampaknya sangat menular dan menyebar sangat mudah melalui batuk dan bersin, dan dapat ditularkan oleh orang yang tidak berpikir bahwa mereka sakit. Itu sebabnya, mencuci tangan dan tidak menyentuh wajah sangat penting. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Jumlah orang yang positif terinfeksi Virus Corona baru atau SARS-CoV-2 di Indonesia kian bertambah. Data terakhir yang diungkap oleh Pemerintah berjumlah 96 kasus, dan satu di antara pasien tersebut adalah Menteri Perhubungan Budi Karya.
Menghadapi terus bertambahnya jumlah pasien COVID-19, Pemerintah melakukan beberapa cara seperti membentuk satuan tugas penanganan Virus Corona, menutup beberapa lokasi wisata, hingga meliburkan sekolah. SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19 ini adalah Virus Corona jenis baru yang masih diteliti karakteristiknya oleh para ilmuwan. Diketahui, seperti flu, COVID-19 menyebar dengan sangat cepat dari satu individu ke individu lainnya. Namun, berapa lama sebenarnya virus ini bertahan dalam tubuh seseorang?
Baca juga :
Sebuah penelitian terbaru yang dimuat di dalam jurnal medis The Lancet menemukan bahwa virus corona mampu bertahan di dalam sistem pernapasan pasien yang terinfeksi selama 37 hari dan mereka mampu menularkan virus selama berminggu-minggu tersebut. Bertahan hingga 5 MInggu Dituliskan dalam artikel yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet, dokter Fei Zhou dan timnya dari Chinese Academy of Medical Sciences di China mendeteksi RNA virus dalam sampel cairan pernapasan dari orang yang pulih selama rata-rata 20 hari setelah mereka terinfeksi. Penemuan ini sangat membantu menentukan berapa lama masa isolasi dan perawatan yang bisa diberikan kepada pasien virus corona sehingga bisa lebih maksimal dalam menyembuhkan mereka. Hingga saat ini umumnya masa isolasi pasien virus corona adalah 14 hari untuk mencegah penyebaran virus. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6 |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
April 2021
Categories |