PT Rifan Financindo - Flu dan pilek adalah penyakit pernapasan yang menyebabkan munculnya gejala serupa, seperti, hidung tersumbat, bersin, pegal-pegal, dan yang paling umum adalah kelelahan. Namun ada perbedaan antara flu dan pilek.
Dikutip laman Healthline, perbedaan antara gejala flu dan pilek adalah tingkat keparahannya atau seberapa serius penyakit itu kamu alami akibat rhinovirus ini. Ya, pilek jarang menyebabkan kondisi atau masalah kesehatan lain. Tapi flu bisa menyebabkan atau memunculkan masalah kesehatan lain, seperti infeksi telinga, radang selaput lendir, radang paru-paru, dan sepsis.
Baca juga :
Oleh karena itu, sebenarnya setiap orang di atas usia enam bulan, dianjurkan menerima vaksin flu, agar tubuh dapat mengembangkan antibodi yang tepat.
Meskipun kebanyakan flu dan pilek dapat sembuh sendiri, namun tubuh perlu dipulihkan dengan cara istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan bernutrisi, banyak minum air putih, rajin mencuci tangan, dan kenakan penutup wajah (masker) saat berada di depan umum. Nah sekarang bayangkan jika kamu tak menggunakan masker (baik bergejala atau tidak). Jutaan tetesan kecil yang dihasilkan saat bersin, batuk, dan berbicara, dapat menyebabkan orang lain terkena flu lho! Ketika imunitas tubuh lemah, virus dengan mudah dapat masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, kamu butuh meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi suplemen. Kamu bisa memilih suplemen herbal yang telah melalui tahap uji klinis dan hasilnya terbukti aman dikonsumsi, sesuai dosis yang ditentukan. Pilihlah suplemen yang terbuat dari bahan herbal dan dapat meningkatkan sel-T atau limfosit T. Ini adalah sel yang dapat membentuk dan memelihara respon imun, sehingga dapat mengenali berbagai antigen dari zat berbahaya bagi tubuh, seperti kuman, bakteri, dan virus. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
0 Comments
Rifanfinancindo - Sebelum Anda menyiram toilet setelah buang air kecil, sebaiknya intip warna urine Anda. Idealnya warna urine dalam spektrum kuning dan tembus cahaya yang menandakan ginjal Anda berfungsi dengan baik.
Namun jika warna urine ternyata keruh atau sedikit lebih buram dari biasanya, Anda harus berkonsultasi dengan dokter. Karena mungkin menandakan salah satu dari hal berikut ini, sebagaimana dilansir dari Health. 1. Infeksi saluran kemih (ISK) "Infeksi saluran kemih (ISK) biasanya menyebabkan urine keruh," kata ahli urologi Ketan Badani, MD, di Mount Sinai di New York.
Baca juga :
Urine yang keruh bisa menandakan beberapa hal, tapi yang paling umum adalah infeksi saluran kemih, kata dia. Jika Anda menderita ISK, Anda mungkin melihat gejala lain seperti rasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil, atau frekuensinya lebih sering dari biasanya. Kabar baiknya adalah dokter dapat mendiagnosis ISK setelah mendapatkan sampel urine, dan infeksi ini biasanya dibersihkan dengan antibiotik.
2. Dehidrasi "Tidak minum cukup air juga dapat menyebabkan warna urine keruh," kata ahli urologi Sandip Vasavada, MD, di Klinik Cleveland. Jika Anda dehidrasi, warna urine Anda mungkin sedikit lebih gelap dari biasanya. Kabar baiknya, tentunya Anda bisa mengatasi masalah ini dengan memprioritaskan asupan air Anda. 3. Diet "Sama seperti makanan tertentu yang dapat mempengaruhi bau urine Anda, diet Anda dapat menyebabkan urine Anda terlihat keruh atau seperti susu," kata Dr. Vasavada. Secara khusus, sayuran tertentu dapat memiliki pengaruh ini, meskipun sayuran mana yang dimaksud belum terdata dengan baik, katanya. 4. Batu ginjal Urine yang berbau dan keruh adalah tanda-tanda batu ginjal (endapan keras dari zat yang terkandung dalam urine yang dapat ditemukan di sepanjang saluran kemih). Gejala yang muncul akibat batu ginjal yaitu sakit punggung atau sakit di sisi ginjal, menggigil, demam, darah dalam urine, rasa terbakar saat Anda buang air kecil, dan muntah, menurut US National Library of Medicine. 5. Klamidia Jika Anda melihat urine terlihat keruh dan Anda pernah melakukan hubungan seks yang tidak aman, infeksi menular seksual (IMS) bisa menjadi penyebabnya. Menurut Stanford Health Care dari Stanford University School of Medicine, khusus klamidia dapat menyebabkan urine keruh. Selain itu, klamidia juga dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal, nyeri saat buang air kecil, gatal pada kelamin, demam, dan gejala lainnya. 6. Peradangan Dr. Badani menjelaskan peradangan dapat menyebabkan urine terlihat keruh. Menurut National Health Service di Inggris, sistitis (radang kandung kemih) dapat menyebabkan urine terlihat keruh. Gejala sistitis lainnya termasuk urine berwarna gelap atau bau, rasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil, dan harus buang air kecil lebih sering dari biasanya. 7. Lendir Jika ada lendir di urine Anda, itu bisa membuat kencing Anda terlihat keruh, namun itu normal. Kecuali jika jumlahnya berlebih maka itu menunjukkan kondisi kesehatan Anda. Tunjukkan sampel urine Anda kepada dokter untuk membantu dokter menentukan jumlah lendirnya normal atau tidak. Jika tidak maka bisa mengindikasi kondisi poin-poin di atas, termasuk ISK dan batu ginjal. Lendir dalam urine juga bisa menandakan kondisi lain, termasuk kanker kandung kemih dan irritable bowl syndrome (IBS). Apa yang harus dilakukan jika urine saya keruh? Dr. Vasavada menjelaskan urine keruh saja tidak selalu pertanda buruk, karena bisa jadi hanya karena dehidrasi. Kecuali jika disertai gejala lain seperti rasa terbakar, sering pergi ke kamar mandi, nyeri, dan darah di urine maka segera periksakan ke dokter. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
Rifan Financindo - Membahas mengenai kopi tidak akan pernah selesai. Terlebih soal manfaatnya bagi tubuh. Dari banyaknya studi yang ada, sebagian besar berita tentang kopi selalu positif.
Seperti yang dikatakan seorang peneliti di UCLA Center for Human Nutrition, Catherine Carpenter, mengonsumsi kopi secara teratur dengan takaran yang wajar, baik untuk kesehatan. Dan, menurut penelitian yang dipublikasikan di BMJ Research, ada lebih dari 1.000 senyawa terkandung di dalam kopi. Tidak sedikit di antaranya merupakan senyawa anti-inflamasi dan anti-kanker.
Baca juga :
"Biji kopi itu sendiri memiliki antioksidan di dalamnya, yang membantu mencegah kerusakan radikal bebas yang berpotensi menyebabkan kanker," kata Direktur Program Penelitian Nutrisi di Johns Hopkins University, Susan Oh, dikutip dari situs Prevention, Selasa, 24 November 2020.
Mengurangi Risiko Terkena Kanker Tertentu Di sisi lain, studi dari University of Southern California yang diterbitkan pada 2017 menemukan bahwa peminum kopi 26 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan kanker kolorektal dibandingkan dengan yang bukan penikmat kopi. Dan, mereka yang minum lebih dari 2,5 porsi sehari memiliki kemungkinan 54 persen lebih kecil terkena kanker. Mencegah Diabetes Tipe 2 Sementara itu para peneliti dari Universitas Harvard percaya bahwa minum kopi dapat membantu mencegah terjadinya diabetes tipe 2. Menurut analisis yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care, semakin banyak orang minum kopi, semakin kecil kemungkinannya terkena diabetes tipe 2. Sebab, kopi mengandung kromium, mineral yang membantu tubuh memanfaatkan insulin, hormon yang mengatur gula darah. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6 Kerap Dianggap Tidak Penting, Kualitas dan Kuantitas Tidur yang Buruk Picu Masalah Kesehatan11/25/2020
PT Rifan Financindo - Masyarakat diminta lebih memperhatikan tidur untuk menjaga kesehatannya. Tidur yang berkualitas dan berkuantitas merupakan salah satu yang pokok untuk menunjang kesehatan.
"Masyarakat diingatkan kembali tentang pentingnya menjaga waktu dan kualitas tidur. Masyarakat awam menganggap tidur bukan hal penting," ujar Kepala Sub Divisi Sleep Medicine KSM Ilmu Penyakit Syaraf RSUP Hasan Sadikin, Nushrotul Lailiyya dari pernyataan resminya, Bandung, Selasa, 24 November 2020. Lailiyya mengatakan tidur yang tidak baik dapat menyebabkan hipertensi, stroke, produktifitas menurun, kecantikan menurun dan banyak lagi. Hal ini kerap tidak disadari banyak orang.
Baca juga :
Lailiyya menuturkan dua hal penting yang dapat mewujudkan tidur yang baik adalah waktu dan kualitas. Lailiyya menyebutkan waktu tidur orang dewasa adalah 7-8 jam per hari.
"Beberapa penelitian menyebutkan, baik kekurangan maupun kelebihan tidur keduanya dapat menyebabkan kepikunan. Selain jumlah jam tidur, perlu diperhatikan waktu yang baik untuk tidur adalah di malam hari," kata Lailiyya. Kerja Hormon Melatonin Lailiyya menerangkan pada malam hari tubuh mengeluarkan hormon melatonin. Hormon ini pada siang tidak mau keluar, karena melatonin adalah salah satu hormon yang takut cahaya. Fungsi hormon ini memproteksi tubuh kita, sehingga membuat sistem kekebalan tubuh lebih kuat. Lailiyya mengingatkan kualitas tidur-pun merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. "Kualitas tidur malam yang baik (nyenyak) akan membuat anda merasa segar keesokan harinya. Untuk menjamin kualitas tidur yang baik ini, yang bisa dilakukan adalah hindari alat-alat yang dapat mengganggu tidur, seperti televisi, gawai dan benda lain," ucap Lailiyya. Lailiyya menuturkan yang perlu diperhatikan saat tidur khususnya malam hari adalah suasana enak dan tidak bising. Jika tubuh kita terdapat penyakit, maka harus diobati untuk menjaga kualitas dan kuantitas tidur. Sementara bagi yang sedang mengonsumsi obat yang membuat susah tidur, Lailiyya menyarankan harus mengganti obatnya dengan obat yang tidak mengganggu tidur. "Perlu disadari juga, dalam tidur ada penyakit yang dapat menurunkan kualitas tidur. Diantaranya snoring atau mendengkur, Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau yang kita kenal dengan istilah henti nafas, sleep walking, insomnia, dan banyak lagi hingga sekitar 80 penyakit," sebut Lailiyya. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
Rifanfinancindo – Olahraga dapat menjadi pedang bermata dua, pasalnya olahraga dapat menyehatkan dan sebaliknya memperburuk kondisi tubuh bahkan dapat berakhir pada kematian.
Menurut dokter spesialis kedokteran olahraga dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Michael Triangto, olahraga memiliki 3 tujuan berbeda. Pertama olahraga untuk kesehatan, kedua olahraga untuk kompetisi, dan ketiga olahraga untuk rekreasi. “Kalau tujuan kesehatan, dalam masa pandemi COVID-19 seperti ini olahraga yang baik adalah yang berintensitas ringan sampai sedang,” ujar Michael kepada Health Liputan6 melalui sambungan telepon, Sabtu (23/11/2020)
Baca juga :
Ia menambahkan olahraga yang memiliki intensitas ringan sampai sedang di antaranya taichi, yoga, dan sport therapy.
Olahraga di atas memang terkesan tidak menyenangkan, namun dampaknya sangat positif bagi kesehatan. Selain cocok untuk semua kelompok umur, olahraga ringan hingga sedang pun bisa dilakukan secara rutin dalam waktu panjang hingga bertahun-tahun. “Bahkan selama 40 tahun saya tetap dapat melakukan olahraga-olahraga itu hingga kini.” Sedang, olahraga dengan intensitas berat biasanya dilakukan guna meraih prestasi seperti olahraga-olahraga dalam olimpiade. Olahraga berat memiliki potensi tinggi menyebabkan kematian karena memicu atlet untuk mengerahkan seluruh kemampuan dirinya agar meraih kemenangan. Olahraga Para Atlet Motto yang sering diagung-agungkan dalam dunia olahraga adalah no pain, no gain. Motto ini tidak disalahkan oleh Michael karena menurutnya semua orang punya hak masing-masing untuk memilih olahraga yang sesuai apa yang ingin dicapai. “Kalau atlet tidak diminta untuk semaksimal mungkin ya mereka tidak akan menang dari lawan.” Dengan demikian, olahraga bagi para atlet olimpiade umumnya tidak ada tujuan kesehatan. Maka dari itu, menurutnya cedera bahkan kematian di lapangan saat olahraga adalah risiko tersendiri bagi para atlet. Olahraga dengan intensitas tinggi di antaranya adalah sepak bola, lari, marathon dan olahraga berat lainnya. “Kalau pun olahraganya bukan olimpiade sungguhan tapi tetap ada pencapaian yang ingin diraih. Olahraga dengan kompetisi tujuannya hanya satu, menang. Jadi, meninggal adalah salah satu risiko yang harus ditanggung,” pungkasnya. Rifanfinancindo.
Rifan Financindo - Lelah dan kehabisan energi setelah bekerja seharian adalah perasaan yang umum menghinggapi para pekerja. Tapi, kerap kali ada banyak hal yang ingin dilakukan setelah bekerja, sehingga menyerah pada rasa lelah bukanlah pilihan.
Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab seseorang merasa lelah berlebihan setelah bekerja. Beberapa faktor umum termasuk waktu istirahat yang tidak memadai, stres atau masalah mental lainnya, seperti depresi, jam kerja yang panjang, dan masalah kesehatan atau penyakit. Namun, itu semua dapat diatasi dengan beberapa tindakan yang dapat membantumu tidak merasa lelah setelah bekerja seperti berikut ini. Tidur yang Cukup di Malam Hari Kurang tidur adalah penyebab utama kelelahan, baik selama hari kerja maupun setelahnya. Tidur nyenyak selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam adalah salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan untuk diri sendiri. Saat dirimu kurang tidur, hampir dapat dipastikan akan mengalami kelelahan setelah bekerja.
Baca juga :
Mencukupi Kebutuhan Air untuk Tubuh
Dehidrasi adalah penyebab umum kelelahan, terutama bagi orang yang bekerja di lingkungan kantor. Mereka akan suka mengonsumsi minuman bersoda atau juga minuman mengandung kafein. Pada dasakan minuman bersoda dan kopi tidak dapat menghindari tubuh. Keduanya tidak memberi cukup air yang dibutuhkan tubuh, jadi dirimu akan merasa lelah di penghujung hari. Penuhi kebutuhan air sebanyak 2 liter untuk menghindari dehidrasi. Makan Siang yang Ringan dan Seimbang Meskipun penting untuk makan tiga kali setiap hari, pilihan makan siang yang sangat penting untuk menghindari kelelahan pasca kerja. Menghindari gula, karbohidrat berlebih, dan makanan berminyak akan membantu menjaga tingkat energi sepanjang hari. Ini berarti hindari makanan seperti burger, donat, dan kentang goreng. Pilihlah salad, sup rendah sodium, sashimi, dan makanan ringan dan sehat lainnya. Jaga Kadar Gula dalam Darah Jika kadar gula darah berfluktuasi terlalu banyak sepanjang hari, dirimu akan merasa lelah dan lesu. Ini akan menyebabkanmu hanya ingin tidur siang setelah bekerja. Untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, makanlah makanan kecil dengan indeks glikemik rendah makanan dan camilan sepanjang hari alih-alih menjejalkan makan siang dengan porsi besar tanpa camilan di antara waktu makan. Biasanya, ini berarti makan makanan dengan lemak dan serat yang sehat, seperti oatmeal, ubi jalar, kebanyakan buah-buahan dan sayuran tidak bertepung. Tetap Aktif Sepanjang Hari Bahkan jika dirimu melakukan pekerjaan di meja kantor, dirimu masih akan memperoleh manfaat dengan tetap cukup aktif sepanjang hari kerja. Jika dirimu duduk sepanjang hari, mungkin akan mengakhirinya dengan perasaan lelah. Jadi, berjalan-jalanlah selama jam makan siang, berjalan-jalan setelah bekerja atau pergi ke gym. Nah, berikut tadi tips untuk mengatasi lelah saat setelah bekerja. Berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat adalah kuncinya. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Putih telur mengandung protein yang cukup tinggi. Ketika bagian terpenting dari bahan makanan yang berasal dari unggas dijadikan masker, berbagai permasalahan di wajah dapat teratasi.
Menurut aplikasi My Fitness Pal, satu telur berukuran besar (putih dan kuning) mengandung enam gram protein dan empat gram jika putihnya saja. Para pengguna masker berbahan telur percaya bahwa kandungan protein tersebut punya efek mencerahkan dan mampu menyerap minyak berlebih di kulit.
Baca juga :
"Putih telur mengandung kolagen dan protein, yang dapat meningkatkan warna dan kecerahan kulit," kata dokter kulit berbasis di Connecticut, Mona Gohara, dikutip dari Vogue pada Selasa, 17 November 2020.
Selain meningkatkan kecerahan kulit, masker putih telur juga dapat dimanfaatkan sebagai penghilang rambut halus di wajah, pengecil pori-pori, dan dipercaya mampu mengencangkan kulit yang kendur dan keriput. Tidak sedikit juga yang meyakini bahwa vitamin dan mineral yang terkandung di putih telur punya peran yang sama besarnya untuk kesehatan kulit. Berikut langkah-langkah membuat masker wajah berbahan putih telur seperti dikutip dari situs Medical News Today, Masker Kulit dari Telur untuk Wajah Berminyak Masker telur dikatakan cocok untuk kulit berminyak. Selain telur, bahan lainnya yang dapat digunakan adalah perasan lemon yang memiliki sifat antibakteri.
Masker Kulit Wajah Kombinasi Mereka yang merekomendasikan masker wajah ini mengatakan bahwa bahan ini dapat menutrisi kulit sekaligus mengencangkan pori-pori, sehingga ideal untuk kulit kombinasi.
Masker Kulit Wajah Kering Beberapa orang mengklaim bahwa masker ini dapat menghidrasi kulit yang sangat kering.
Sumber : Liputan 6
Rifanfinancindo - Kita semua tahu bahwa tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan. Namun, seiring waktu yang terus berjalan dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, masih saja ada mitos seputar tidur yang berkembang di masyarakat.
Mungkin cukup familiar di telinga Anda mengenai larangan langsung tidur setelah makan. Banyak yang percaya kalau hal tersebut sebagai salah satu penyebab kegemukan. Berikut beberapa mitos dan fakta seputar tidur yang perlu untuk diketahui. Termasuk mengenai kegunaan tidur siang, efek tidur terlalu sedikit atau terlalu lama, dan fakta lainnya seputar aktivitas memejamkan mata tersebut seperti dikutip dari situs Medical News Today pada Kamis, 19 November 2020.
Baca juga :
1. Setiap Orang Membutuhkan Tidur 10 Jam Tidak ada pendekatan tidur yang cocok untuk semua orang. Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa untuk dewasa muda yang sehat dan orang dewasa dengan tidur yang normal, tujuh hingga sembilan jam adalah jumlah yang sesuai. Berikut waktu tidur sesuai umur yang disarankan:
2. Tidur Siang Itu Tidak Sehat Para ahli mengimbau agar seseorang menghindari tidur siang agar dapat tidur malam yang lebih nyenyak. Namun, jika seseorang melewatkan tidur atau kurang pada malam-malam sebelumnya, tidur siang taktis memang dapat membantu membayar sebagian hutang tidurnya. Menurut Sara C. Maednick, seorang ahli tidur dan penulis Take a Nap! Change Your Life, manfaat luar biasa untuk tubuh yang lebih sehat bisa didapatkan dari tidur siang selama 15 sampai 20 menit. Menurut banyak pakar, waktu ini menjadi paling ideal untuk tubuh mengisi energi. Namun, tidak semua tidur siang itu sama. Ada banyak variasi, seperti waktu, durasi, dan frekuensi tidur siang. Penulis juga mengakui bahwa lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami bagaimana faktor-faktor yang terkait dengan tidur siang memengaruhi hasil kesehatan. Medical News Today baru-baru ini meneliti hubungan antara tidur siang dan penyakit kardiovaskular Penting juga untuk diperhatikan jika seseorang mengalami kelelahan yang parah di siang hari, ini mungkin merupakan tanda gangguan tidur, seperti sleep apnea. Para ilmuwan perlu melakukan lebih banyak penelitian sebelum mereka akhirnya dapat menyingkirkan semua mitos dan misteri tidur siang. 3. Lebih Banyak Tidur Selalu Lebih Baik Meskipun banyak orang berjuang untuk mendapatkan waktu tidur yang mereka butuhkan untuk merasa segar, beberapa orang secara teratur tidur lebih lama dari yang dibutuhkan tubuh mereka. Orang mungkin berpikir ini bisa memberi orang-orang ini kekuatan super. Namun, para peneliti mengidentifikasi hubungan antara durasi tidur yang lebih lama dan kesehatan yang lebih buruk. Misalnya, sebuah penelitian yang diikuti 276 orang dewasa selama 6 tahun, menyimpulkan, risiko obesitas meningkat untuk orang yang tidur dengan durasi pendek dan panjang, dibandingkan dengan orang yang tidur dengan durasi rata-rata, dengan peningkatan risiko masing-masing 27 persen dan 21 persen. Temuan ini bertahan bahkan ketika para ilmuwan mengontrol analisis untuk usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh dasar. 4. Kurang Tidur Bisa Mematikan Sampai saat ini, belum ada catatan seseorang ymeninggal karena kurang tidur. Secara teori, itu mungkin saja, tetapi sejauh ini ilmuwan dapat memastikan itu tidak mungkin. Dapat dimengerti mengapa mitos ini berakar. Kurang tidur, seperti yang dibuktikan oleh banyak orang, dapat terasa mengerikan. Namun, kasus Randy Gardner menunjukkan bahwa kurang tidur yang ekstrim tidak berakibat fatal. Pada 1965, ketika Gardner baru berusia 16, dia menjadi bagian dari eksperimen kurang tidur. Secara total, dia terjaga dan bangun selama 11 hari 24 menit, yang setara dengan 264,4 jam. Selama waktu ini, dia diawasi secara ketat oleh sesama siswa dan ilmuwan tidur. Saat hari-hari berlalu, gejala kurang tidur terjadi, tapi dia selamat. Jadi mengapa mitos ini tetap ada? Keyakinan bahwa kurang tidur dapat membunuh mungkin berakar pada sebuah penelitian dari tahun 1980-an. Rechtschaffen dan rekannya menemukan jika mereka melarang tikus tidur dengan metode eksperimental tertentu, mereka akan mati setelah dua hingga tiga minggu. Dalam percobaan mereka, para peneliti menempatkan tikus pada sebuah cakram yang digantung di atas air. Mereka terus menerus mengukur aktivitas otak mereka. Kapan pun hewan itu tertidur, piringan itu secara otomatis akan bergerak, dan tikus harus bertindak untuk menghindari jatuh ke dalam air. Namun, kurang tidur bukanlah hal yang menyakitkan bagi manusia. Pada 1965, orang tua Gardner mengkhawatirkan putra mereka. Mereka meminta Letnan Komandan John J. Ross dari Unit Penelitian Neuropsikiatri Medis Angkatan Laut AS di San Diego untuk mengamatinya. Dia menggambarkan penurunan fungsi yang stabil. Misalnya, pada hari ke-2, Gardner merasa lebih sulit untuk memfokuskan matanya. Pada hari ke-4, dia berjuang untuk berkonsentrasi dan menjadi mudah tersinggung dan tidak kooperatif. Pada hari ke-4, dia juga melaporkan halusinasi dan delusi terbesar pertamanya. Pada hari ke-6, ucapan Gardner menjadi lebih lambat, dan pada hari ke-7 dia melambat karena ingatannya memburuk. Paranoia muncul pada hari ke-10. Dan, pada hari ke-11, ekspresi wajah dan nada suaranya menjadi tanpa ekspresi. Baik perhatian dan rentang ingatannya berkurang secara signifikan. Namun, dia tidak meninggal dan tampaknya tidak mengalami masalah kesehatan jangka panjang. Alasan lain mitos kurang tidur bisa berakibat fatal terus berlanjut, kemungkinan karena kondisi yang disebut insomnia keluarga yang fatal. Orang dengan kelainan genetik langka ini menjadi tidak bisa tidur. Namun, ketika individu dengan penyakit ini meninggal, itu disebabkan oleh degenerasi saraf yang menyertainya daripada kurang tidur. Meskipun kurang tidur mungkin tidak akan membunuh Anda secara langsung, ada baiknya menambahkan catatan kehati-hatian karena terlalu lelah memang meningkatkan risiko kecelakaan. Menurut Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional, mengemudi dalam keadaan mengantuk telah membunuh dan merenggut 795 nyawa pada 2017. Demikian pula ulasan yang diterbitkan pada 2013, yang menyimpulkan bahwa sekitar 13 persen cedera saat kerja dapat dikaitkan dengan masalah tidur. Jadi, meski kurang tidur tidak mematikan secara langsung, tapi bisa berakibat fatal. Selain itu, jika kita secara konsisten mengurangi waktu tidur selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, hal itu meningkatkan risiko berkembangnya beberapa kondisi, termasuk penyakit kardiovaskular, hipertensi, obesitas, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker. Secara keseluruhan, kita harus mencoba dan menargetkan tidur tujuh hingga sembilan jam setiap malam. Kedengarannya sederhana tapi dalam kehidupan kita yang penuh dengan aktivitas dan gangguan, hal ini lebih menantang daripada yang mungkin kita pikir. Namun, yang bisa kita lakukan hanyalah terus berupaya memberi tidur sesuai kebutuhan kita. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
Rifan Financindo - Pada Agustus 2020, seorang pasien COVID-19 rupanya didiagnosis diabetes tipe 1. Dialah Mario Buelna (28) asal Mesa, Arizona, Amerika Serikat. Beberapa minggu masa perawatan COVID-19, ia merasa lemah dan mulai muntah.
Pemeriksaan lebih lanjut dilakukan dan ia didiagnosis terkena diabetes tipe 1. Diagnosis membuat Mario tercengang dan ketakutan. Ia tidak memiliki riwayat diabetes sebelumnya. Dokter yang merawat mengatakan, "COVID-19 yang memicunya (timbul diabetes tipe 1)." Lantas apakah benar COVID-19 memicu terjadinya diabetes tipe 1? Dokter spesialis anak konsultan Novina dari UKK Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menanggapi hal tersebut.
Baca juga :
"Kalau kita lihat, beberapa pasien diabetes melitus tipe 1 tetap memiliki resiko untuk terjangkit COVID-19. Nah, apakah infeksi COVID-19 bisa memicu terjadinya diabetes tipe 1?" jawab Novina saat temu media Hari Diabetes Sedunia Tahun 2020, Selasa (17/11/2020).
"Sampai saat ini memang belum ada laporan resminya ya. Yang jelas, seseorang yang punya riwayat diabetes lalu kena COVID-19, gejala penyakitnya bisa lebih berat." Penelitian COVID-19 dan Diabetes Kasus Mario menimbulkan kekhawatiran baru tentang hubungan berbahaya antara diabetes dan COVID-19. Banyak ahli yakin bahwa COVID-19 dapat memicu timbulnya diabetes, baik orang dewasa dan anak-anak. Para ahli di dunia sedang dipelajari keberkaitan COVID-19 dan diabetes. Berbagai laporan di dunia baru menunjukkan, penderita diabetes menghadapi risiko penyakit parah atau kematian yang jauh lebih tinggi jika mereka tertular COVID-19. Pada Juli 2020, pejabat kesehatan AS menemukan, hampir 40 persen orang yang meninggal dengan COVID-19 punya riwayat diabetes. Sebaliknya, kasus Mario termasuk kasus baru, yang mana COVID-19 memicu munculnya diabetes. “COVID-19 dapat menyebabkan diabetes,” kata peneliti diabetes dan ketua bedah metabolik bariatrik di King's College London, Francesco Rubino, dikutip dari Livemint. Rubino memimpin tim internasional yang mengumpulkan kasus pasien secara global terkait COVID-19 dan diabetes. Awalnya, ia mengatakan, lebih dari 300 dokter telah mengajukan permohonan untuk peninjauan kasus. Hadapi 'Bentuk Baru' Diabetes U.S. National Institutes of Health ikut mendanai penelitian tentang bagaimana virus Corona dapat menyebabkan gula darah tinggi dan diabetes. Sejumlah ahli meyakini, dalam situasi pandemi COVID-19, gejala diabetes dapat meningkat dengan cepat dan mengancam nyawa. Kasus-kasus diabetes mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk muncul setelah seseorang terpapar COVID-19, sehingga masalah sepenuhnya dan konsekuensi jangka panjangnya mungkin tidak diketahui hingga tahun depan. Penelitian yang lebih intensif diperlukan untuk membuktikan secara definitif bahwa COVID-19 memicu diabetes dalam skala luas. "Kami sedang menghadapi 'bentuk diabetes yang sama sekali baru' (diabetes yang muncul karena COVID-19)," kata direktur kedokteran dan sains American Diabetes Association Robert Eckel. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Sejumlah produk diklaim memiliki kandungan bebas gula (no sugar) sehingga aman bagi pasien diabetes. Meski cenderung aman dikonsumsi, tapi disarankan agar diabetesi tidak mengonsumsinya secara berlebihan.
"Kita harus melihat secara menyeluruh dalam sehari. Kadangkala kita terjebak iklan 'Oh, ini ramah diabetes. Ini rendah gula', tetapi kita mengonsumsinya berlebihan, atau misalnya makanan lainnya juga tidak kita jaga, ya pada akhirnya gula darah kita tetap terpengaruh," kata dokter ahli geriatri di RSCM dan RS Swasta, sekaligus dosen staff divisi geriatri departemen ilmu penyakit dalam di fakultas kedokteran Universitas Indonesia, dr Ika Fitriana. Menurut Ika, makanan atau minuman bebas gula memang secara harfiah bisa mengurangi asupan gula, tetapi bukan berarti hal tersebut lantas menghindari risiko diabetes secara keseluruhan,"Itu (hanya) membantu secara nutrisi mengurangi asupan gula.".
Baca juga :
Jadi, kata Ika, penting untuk cermat dalam memilih makanan dan minuman. Sebab, selain gula, ada yang perlu diperhatikan pasien diabetes yaitu lemak.
"Lemaknya juga dilihat ya. Kalau lemak terlalu tinggi di dalam darah juga menyebabkan peradangan kronik. Pada akhirnya berteman tuh sama gula. Dan, akhirnya nanti terjadi resistensi insulin juga," ujarnya dalam webinar Mitos dan Fakta Diabetes belum lama ini. Pasien Diabetes Wajib Jaga Kalori Ika juga mengingatkan pentingnya menjaga kalori per hari untuk tetap mengontrol gula darah. "Kalau memang tidak dengan diet yang ini, berarti harus berolahraga, diet mau nggak mau ya harus minum obat deh.". Yang perlu diingat, tambah Ika, pasien diabetes perlu juga menjaga asupan gula. Gula dalam bentuk glukosa seperti gula pasir maupun yang lebih kompleks seperti pada nasi, kentang, mi atau roti tak boleh dikonsumsi berlebihan. "Gula pasir pun bahkan sebenarnya boleh, tapi dibatasi. Misalnya hanya 10 gram sehari. Karena pada dasarnya, manusia itu memang membutuhkan karbohidrat, gula, sebagai sumber energi," katanya. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
April 2021
Categories |