Rifanfinancindo - Menguap merupakan proses alami yang terjadi pada manusia. Saat seseorang menguap tidak selalu tanda seseorang tengah mengantuk.
Rupanya, ada beberapa faktor yang membuat seseorang menguap. Mengutip dari berbagai sumber berikut merupakan kondisi yang membuat seseorang jadi menguap. 1. Perubahan Keadaan Seperti yang dilansir dari Medical News Today , menguap biasanya dianggap sebagai tanda kantuk atau kebosanan, meskipun hal ini tidak selalu terjadi. Secara umum, menguap bisa menjadi cara bagi tubuh untuk mengubah keadaan kesadaran, misalnya sebelum tidur, sesudah tidur, saat bosan, dan setelah berolahraga.
Baca juga :
Selain itu, menguap juga dapat terjadi ketika perubahan tekanan. Misalnya dari area bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Tekanan ini dapat menumpuk di gendang telinga dan dapat menyebabkan menguap untuk melepaskannya.
2. Fungsi Pernapasan Menguap terjadi ketika darah membutuhkan oksigen sehingga asupan udara yang besar dan detak jantung yang lebih cepat. Jadi, menguap dapat membantu menyediakan pasokan oksigen segar. 3. Mendinginkan Otak Ketika seseorang menguap hal ini menyebabkan rahang meregang. Kondisi ini meningkatkan aliran darah di wajah dan leher. Proses ini dapat menjadi cara untuk mendinginkan otak yang terlalu 'panas'. Para peneliti menemukan bahwa menguap merupakan cara untuk 'mendinginkan' otak. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
0 Comments
Rifan Financindo - Pasien asma kerap merasakan kondisinya lebih baik pada siang hari tapi. Namun, ketika malam hari rasa sesak di dada terasa lebih berat.
Pada malam hari pasien asma rentan mengalami batuk, bersin, dan sulit bernapas sehingga mengganggu tidur. Kondisi makin beratnya gejala asma di malam hari ini sering dikenal sebagai asma nokturnal. Dilansir dari Times of India, berikut sejumlah penyebab mengapa kondisi asma memburuk saat malam hari. 1. Pemicu internal Sejumlah orang mengalami masalah pernapasan di malam hari sehingga mereka terbangun dengan perasaan kehabisan udara. Penelitian menyebut bahwa masalah asma di malam hari ini muncul karena pemicu internal.
Baca juga :
2. Posisi tidur
Ketika kita tidur, saluran pernapasan cenderung menyempit ke bawah. Hal ini menyebabkan volume darah di paru-paru meningkat dan pembuangan dari sinus meningkat sehingga bisa memicu serangan asma di malam hari. 3. AC Udara dingin cenderung membuat hilangnya kelembapan di saluran pernapasan sehingga memicu asma. Hal ini bisa membuatmu terbangun di malam hari terutama ketika tidur di ruangan dengan AC. 4. Partikel Debu Ketika matras, bantal, dan selimut yang kamu gunakan tertutup debu maka hal ini bisa menjadi pemicu masalah yang kamu alami. Bulu-bulu binatang juga bisa jadi pemicu munculnya asma. 5. Jamur Munculnya jamur di dalam ruangan bisa jadi penyebab munculnya asma pada dirimu. Hal ini bisa menyebabkan iritasi pada saluran udara dan bisa sangat mengganggu tidurmu. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Palangka Raya Dalam kasus tertentu ada wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi seperti pil KB dan menstruasi tak kunjung datang selama berbulan-bulan. Lalu, bila diperhatikan lagi wajahnya berjerawat. Kondisi apakah itu?
Di sela-sela pemaparan di Kantor BKKBN Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan kondisi tersebut. "Kondisi pasien karena kelebihan androgen. Hormon androgen ada pada pria dan wanita, yang berperan sebagai hormon reproduksi," kata Hasto di Kantor BKKBN Palangka Raya, Kalimantan Tengah, kemarin (9/12/2019).
Baca juga :
Rifanfinancindo - Beberapa waktu lalu, sebuah unggahan viral menyebutkan bahaya dari makanan berjenis nata de coco. Di sana, tertulis bahwa produk yang sering dimasukkan dalam es itu berbahan seperti plastik dan tidak larut dalam perut.
Kabar tersebut mendapatkan bantahan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia lewat sebuah siaran pers di laman resmi pom.go.id dikutip pada Senin (9/12/2019). Dalam pernyataannya, BPOM menulis bahwa nata de coco merupakan pangan yang dibuat dari bahan baku air kelapa. Dalam kategori pangan, produk ini masuk ke dalam kelompok bahan baku berbasis buah.
Baca juga :
BPOM juga menulis bahwa dalam proses pembuatannya, pangan yang mirip gel ini terbentuk dari jutaan benang selulosa yang berlapis-lapis.
"Sehingga menjadikan pangan ini mengandung serat tinggi yang baik untuk tubuh," tulis BPOM. Serat Selulosa yang Dikira Plastik Tangkapan layar video di Facebook yang menunjukkan nata de coco mengandung plastik Tangkapan layar video di Facebook yang menunjukkan nata de coco mengandung plastik BPOM juga menjelaskan bahwa benang serat tipis atau selulosa yang ada di nata de coco, sering disebut juga sebagai dietary fiber atau serat pangan yang memang diperlukan dan penting untuk pencernaan. "Lapisan yang banyak tersebut juga membuat nata de coco bisa memerangkap cairan. Jika ditekan, cairan tersebut akan keluar dan yang tertinggal adalah benang-benang serat yang menyerupai lembaran tipis. Lembaran tipis ini lah yang diisukan atau disebut-sebut seolah-olah lembaran plastik." Dalam unggahan di media sosial Facebook Gabungan Pengusaha Nata De Coco Indonesia (GAPNI), Rahmad Agus Koto dari Divisi Pendidikan dan Litbang GAPNI menjelaskan bahwa serat selulosa yang ada dalam nata de coco sama persis dengan selulosa dalam sayur dan buah. "Bedanya selulosa nata de coco dibentuk oleh bakteri pangan melalui proses fermentasi air kelapa, sedangkan selulosa sayur dan buah dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan," tulis Rahmad. BPOM juga menyatakan, potongan nata de coco yang awalnya lembut dan kenyal, bisa digigit putus dan menjadi sangat liat dan sulit untuk disobek apabila cairannya berkurang. Hal ini karena yang tertinggal adalah kumpulan benang-benang serat tipis tadi. Melihat Kualitas Nata de Coco BPOM memaparkan bahwa untuk melihat mutu nata de coco yang baik, Anda bisa melihat dari warnanya yang putih bersih, transparan, memiliki struktur kuat, tidak mudah hancur, tidak lengket, tidak berbau asam, serta tidak mengandung kotoran. Dalam laman Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian dijelaskan, kualitas nata de coco yang baik juga ditentukan oleh beberapa elemen seperti bahan baku, penambahan sumber nitrogen, penambahan sumber karbon, starter nata, wadah fermentasi dan sanitasi. Balitbang Kementan juga menjelaskan bahwa bahan baku pembuatan nata de coco haruslah air kelapa murni yang tidak tercampur air atau kotoran lain. "Air kelapa tidak harus segar asalkan jangan lebih dari 8 hari penyimpanan karena telah berubah sifatnya akibat adanya fermentasi dan kontaminasi bakteri," tulis laman tersebut. Lebih lanjut, Rahmat menyatakan bahwa serat selulosa memiliki manfaat untuk melancarkan sistem pencernaan manusia. Selain itu, dia menambahkan bahwa bagi mereka yang jarang mengonsumsi atau tidak suka sayur-sayuran, nata de coco bisa menjadi makanan alternatif. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
Rifan Financindo - Bau mulut secara medis disebut halitosis. Bau mulut dapat disebabkan oleh kebiasaan kesehatan gigi yang buruk dan mungkin merupakan tanda masalah kesehatan lainnya. Bau mulut dapat disebabkan dengan jenis makanan dan gaya hidup tidak sehat.
Selain itu, di bawah ini juga terdapat penyebab utama yang seringkali dapat menimbulkan bau mulut seperti dikutip dari Medical News Today pada Senin, 9 Desember 2019. 1. Tembakau Produk yang mengandung tembakau menyebabkan bau mulut. Selain itu, produk yang mengandung tembakau meningkatkan kemungkinan penyakit gusi yang juga dapat menyebabkan bau mulut.
Baca juga :
2. Makanan
Walaupun air liur secara alami membersihkan mulut, sisa-sisa makanan yang tersangkut di gigi dapat menyebabkan bau. Beberapa makanan, seperti bawang juga bisa menyebabkan bau mulut. Setelah dicerna, makanan tersebut dibawa dalam darah ke paru-paru sehingga dapat mempengaruhi napas. 3. Mulut Kering Mulut terasa kering atau memiliki penyakit tertentu, dapat juga menimbulkan bau mulut. Seperti dilansir dari situs Health, seorang dokter gigi di Klinik Cleveland, dr Hadi Rifai, mengatakan, "Obat-obatan tertentu, seperti beberapa antihistamin, diuretik, antipsikotik, dan pelemas otot yang dapat menyebabkan mulut kering." 4. Kebersihan Gigi Menyikat dan membersihkan gigi dengan menyisakan partikel kecil makanan, dapat menumpuk dan menghasilkan bau mulut. Selain itu, menyikat dan membersihkan gigi tidak teratur dapat menimbulkan plak. Plak ini dapat mengiritasi gusi dan menyebabkan peradangan di antara gigi dan gusi yang disebut periodontitis. Hal ini juga berlaku pada gigi palsu yang tidak dibersihkan secara teratur dapat menumpuk bakteri yang menyebabkan bau mulut. 5. Diet yang buruk Pengetahuan yang luas sangat diperlukan agar tidak salah langkah dalam mengambil tindakan begitu juga dengan melakukan diet. Program diet yang salah juga dapat menghasilkan bau mulut. 6. Obat-obatan Obat-obatan tertentu dapat mengurangi air liur sehingga meningkatkan bau mulut. Obat-obatan lain dapat menghasilkan bau ketika memecah dan melepaskan bahan kimia dalam napas.Mengonsumsi suplemen vitamin dalam dosis besar juga rentan terhadap bau mulut. 7. Kondisi mulut, hidung, dan tenggorokan Amandel di bagian belakang tenggorokan menjadi salah satu penyebab bau mulut. Selain itu, infeksi atau peradangan pada hidung, tenggorokan atau sinus juga dapat menyebabkan bau mulut. 8. Penyakit Beberapa penyakit, seperti kanker, gagal hati, dan penyakit metabolisme lainnya dapat menyebabkan bau mulut, karena campuran spesifik bahan kimia yang dihasilkan. Oleh karena itu, memperhatikan kesehatan mulut juga penting, jika mengalami bau mulut yang terus berlanjut disarankan ke dokter untuk memeriksa penyebabnya. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Tubuh akan mengeluarkan keringat saat udara panas atau setelah melakukan kegiatan fisik seperti jalan kaki atau berlari. Rupanya keringat dapat menjadi petanda banyak hal seperti masalah kesehatan tubuh.
Dalam studi yang diterbitkan di Nature ini para peneliti mencoba mengukur dan menerjemahkan informasi apakah keringat menandakan kondisi kesehatan tertentu. Namun, di dalam keringat juga terdapat bahan kimia lainnya sehingga penelitian untuk membuktikannya cukup sulit dipastikan. “Ada begitu banyak bahan kimia dalam keringat sehingga sulit dipercaya, dan setiap bahan kimia dikaitkan dengan informasi berbeda tentang kesehatan Anda,” kata penulis senior makalah penelitian Ali Javey seperti dilansir dari Health pada Rabu, 4 Desember 2019.
Baca juga :
Berdasarkan sebuah proyek yang dipimpin oleh laboratorium Javey Berkeley, tim peneliti di Universitas California dan Universitas Standford mengembangkan dan menguji sensor yang dapat secara terus-menerus memeriksa suhu kulit. Mereka juga memeriksa empat penanda kesehatan seperti natrium, kalium, glukosa, dan laktat melalui keringat.
Kadar natrium dan kalium yang keduanya adalah elektrolit, dapat menjadi sinyal jika Anda sedang mengalami dehidrasi. Sementara bila yang ditemukan adalah laktat maka dapat diketahui apakah otot Anda lelah. Penelitian Panjang Perihal Keringat Dalam studi tersebut, para ilmuan menempatkan sensor elektronik lengket pada kulit 14 pria dan wanita. Mereka membeli pita penahan keringat (Sweatbands) dan mengisinya dengan papan sirkuit flekisbel kecil, yang memancarkan data dari sensor ke aplikasi di smartphone. Para responden kemudian diminta untuk melakukan berbagai jenis latihan, seperti bersepeda atau berlari dalam waktu yang berbeda-beda. Beberapa dari responden minum air, sementara yang lainnya tidak, dan beberapa lainnya berolahraga di luar ruangan sementara yang lainnya tetap berada di dalam ruangan. “Kami menyadari jika kami ingin menemukan informasi yang bermakna dari keringat, kami perlu mengukur banyak hal pada saat yang bersamaan,” kata Sam Emaminejad, penulis utama dan cendikiawan pascadoktoral bersama, Universitas California, Berkeley dan Standford School of Medicine. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang minum air tidak menunjukkan tingkat dehidrasi elektrolit. Sementara kelompok yang tidak minum dan merasa haus menunjukkan bahwa mereka mengalami dehidrasi elektrolit. Hal tersebut didapatkan oleh para ilmuan dengan melihat natrium mereka melalui keringat. PT Rifan Financindo. Sumber : liputan 6
Rifanfinancindo - Menyikat gigi bukan hanya menjaga kesehatan gigi itu sendiri. Sebuah penelitian menyatakan bahwa kebiasaan tersebut juga memiliki manfaat bagi jantung.
Dalam sebuah studi terbaru di European Journal of Preventive Cardiology, menyikat gigi secara teratur dapat memangkas risiko terkena gagal jantung serta atrial fibrilasi (A-fib) atau sejenis gangguan pada irama jantung. "Kebersihan mulut yang buruk dapat memicu bakterimia dan peradangan sistemik, mediator atrial fibrilasi dan gagal jantung," tulis peneliti Tae-Jin Son dari Ewha Womans University di Seoul, Korea seperti dikutip dari Medical News Today pada Rabu (4/12/2019).
Baca juga :
Dalam penelitiannya, Jin Song bersama timnya melakukan studi terhadap keterkaitan dua masalah jantung tersebut terhadap kebersihan mulut yang buruk. Mereka menggunakan data dari 161.286 orang yang tergabung dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional Korea Selatan.
Pangkas Risiko Gagal Jantung 12 Persen Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa menyikat gigi tiga kali atau lebih memiliki pengurangan risiko 10 persen terkena A-fib serta 12 persen pada risiko gagal jantung. "Perawatan kebersihan mulut yang baik dikaitkan dengan penurunan risiko atrial fibrilasi dan gagal jantung." "Kebersihan mulut yang lebih sehat dengan seringnya menyikat gigi serta pembersihan gigi oleh profesional dapat mengurangi risiko atrial fibrilasi dan gagal jantung," tulis para peneliti. Kritik pada Penelitian Namun, penelitian ini mendapatkan kritik. Batasan dalam penelitian ini adalah tidak dijelaskan penyebab itu bisa terjadi. "Penyebab hubungan ini tidak jelas dan tentu saja terlalu dini untuk merekomendasikan bahwa menyikat gigi bisa menjadi pencegahan," tulis Pascal Meyre dari Cardiovascular Research Institute Basel University Hospital di Swiss dan David Conen dari Population Health Research Institute, McMaster University, Kanada. Kritik juga datang karena tidak dikesampingkannya tingkat pendidikan, status perkawinan, serta informasi tentang penanda inflamasi yang dimiliki para peserta. Selain itu, studi tersebut juga hanya dilakukan pada kelompok masyarakat di satu negara. Maka dari itu, belum tentu hasilnya bisa digeneralisir pada kelompok lain. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
Rifan Financindo - Orang yang berlebihan merokok bisa didera keracunan. Dalam hal ini, perokok terlalu banyak terpapar nikotin yang ada di dalam rokok.
Nikotin adalah zat yang membuat perokok ketagihan merokok. Tak heran, seseorang sulit berhenti merokok karena sudah merasa 'nyaman' dengan nikotin yang terkandung pada rokoknya. "Yang bikin 'enak' seseorang merokok ya ada zat nikotin. Itu sebuah senyawa kimia yang efeknya bikin fresh (segar)," papar ahli toksikologi Sho'im Hidayat MS saat konferensi pers di Tjikini Restaurant, Cikini, Jakarta, kemarin (2/12/2019).
Baca juga :
"Sering kan dengar, setelah merokok, orang gampang konsentrasi. Ini namanya nicotine supplementary, ada kebutuhan seseorang terhadap nikotin."
Raihan, salah satu pekerja media di Jakarta mengaku, dirinya susah berkonsentrasi bila tidak merokok. Sembari menyelesaikan deadline, ia pun mengisap rokok. Keracunan Akut Walaupun nikotin membuat perokok merasa ketagihan, keracunan akut bisa terjadi. Kondisi ini ditandai dengan mual dan muntah. "Perokok yang kebanyakan merokok juga enggak baik. Efek nikotin bisa bikin enggak enak. Akibatnya, mual dan muntah. Ini disebut keracunan akut," ujar Sho'im dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Penjelasan Sho'im juga direspons Raihan. Kebanyakan merokok mengakibatkan dirinya mual. Ketika kondisi itu terjadi, ia segera mematikan rokoknya. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Mungkin pernyataan 'ciuman bisa menularkan HIV' terdengar tak asing di telinga kita, terutama orang dengan HIV AIDS (ODHA).
Di luar sana, memang banyak mitos yang keliru soal penularan HIV. Kemunculan kabar hoaks ini tanpa disadari malah memperparah stigma terhadap ODHA, yang bisa mengalami diskriminasi sosial oleh masyarakat yang salah paham. Penggunaan alat makan, misalnya. Gara-gara banyak orang telanjur percaya bahwa cara penularan HIV bisa terjadi melalui penggunaan alat makan secara bergantian antara ODHA dengan orang sehat. Tak terhitung sudah berapa banyak ODHA yang dijauhi dari lingkungannya.
Baca juga :
Kenyataannya, itu jelas omong kosong. Selain karena virus mudah mati di udara bebas, virus di dalam air liur tidak cukup banyak untuk ditularkan ke orang lain.
Bagaimana dengan ciuman? Jawabannya, ada dua kemungkinan. Bisa iya, bisa juga tidak. Seperti dikutip dari situs AIDS.org pada Minggu, 1 Desember 2019, kontak sosial seperti ciuman pipi dengan pipi tidak berisiko menularkan HIV. Akan tetapi, berbeda halnya bila melakukan ciuman seperti french kiss. Di situs itu disebutkan bahwa ciuman dengan mulut terbuka berpotensi mengalami kontak darah, sehingga tidak direkomendasikan dilakukan oleh orang yang diketahui terinfeksi HIV. Tipe Ciuman yang Bisa Menularkan Virus HIV Dalam sebuah kesempatan, Ketua Umum Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI), dr Hanny Nilasari SpKK(K) mengutarakan penjelasan yang sama. "Nah, kalau berciuman ini yang harus diklarifikasi. Kalau skin to skin contact saja mungkin tidak masalah. Tapi kalau sudah french kiss, di mana sudah terjadi pertumpahan atau pertukaran cairan tubuh, ditambah pula di situ ada luka, itu mempermudah infeksinya," kata Hanny kepada Health Liputan6.com ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan belum lama ini. Dalam penelitiannya, lanjut Hanny, tidak dikatakan bahwa 100 persen french kiss bisa menularkan virus HIV. "Bukan 100 persen, tapi bisa jadi benar. Karena meskipun sedikit, pasti akan ditularkan. Akan tetapi memang harus dilakukan penelitian lagi." Menurut Hanny, air liur masih bisa mengandung virus HIV tetapi daya tularnya rendah. Ditemukannya virus di dalam air liur, tentunya jumlahnya sangat sedikit. "Sama seperti air susu ibu. Jadi, ditemukan tapi jumlahnya sangat sedikit," katanya. Mitos Soal Penularan HIV Banyak sebenarnya kabar keliru soal penularan HIV yang harus diluruskan. Beberapa contoh yang Henny sebutkan, di antarannya penggunaan toilet yang bergantian dengan ODHA. Tentu saja perilaku ini tidak menularkan infeksi. Begitu juga dengan bertukar pakaian, berbagi makanan dan minuman, bahkan berenang di satu kolam yang sama pun tidak akan terjadi proses penularan. "Karena sebetulnya ditularkannya virus HIV atau IMS (infeksi menular seksual) melalui kontak seksual. Itu yang paling banyak," katanya. "HIV sendiri bisa ditularkan melalui kontak darah, misalnya ibu yang mengandung kemudian dia punya virus HIV tentunya anak atau bayinya bisa tertular. Kemudian, orang-orang yang melakukan tato (yang) jarumnya dipakai bergantian itu bisa juga. Dari satu orang yang kemungkinan terifeksi virus HIV kemudian menginfeksi orang lain. Itu bisa," Hanny melanjutkan. Apalagi jika ada yang percaya bahwa infeksi HIV bisa tertular melalui gigitan nyamuk. Hanny menekankan bahwa itu tidak benar. "Nyamuk itu bukan resevoir yang baik untuk si virus, sehingga dia tidak akan bisa berkembang di situ. Dia akan mati. Kalau pun dia menggigit orang lain tidak akan menularkannya," ujarnya. Mitos lain yang cukup membuat Hanny elus-elus dada adalah tinggal serumah dengan orang terinfeksi HIV dianggap 'berbahaya'. "Begini, ya, apabila tidak melakukan apa-apa, ya tidak, kecuali dia kontak seksual ya pasti kena," katanya. Berhenti Sebarkan Mitos Soal Penularan HIV Jadi, mulai sekarang berhenti mempercayai kabar keliru seperti di atas. Anda harus tahu bahwa kepercayaan akan mitos-mitos mengenai penularan HIV dapat menghambat upaya tenaga medis untuk merawat ODHA dengan baik. Sekali lagi, kontak sosial dengan ODHA seperti bersalaman dan berpelukan tak akan menularkan HIV. Kalau memang harus menjauh, jauhi virusnya bukan orangnya. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
Rifanfinancindo - Ketua Umum Cancer Information & Support Center (CISC), Aryanthi Baramuli Putri SH MH menyebut bahwa kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker. Bahkan, presentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kematian karena jenis kanker lainnya seperti kanker prostat, payudara, dan kolorektal.
Menurut dia tingkat survival lima tahunan kanker paru-paru sangat rendah dan tergantung pada stadium ditemukannya kanker. dr Evelina Suzanna SpPA dari Pusat Kanker Nasional - Rumah Sakit Kanker Dharmais, hal ini terjadi karena belum adanya deteksi dini yang resmi dari lembaga kesehatan manapun untuk kanker paru-paru. Sehingga tingginya angka kematian akibat kanker paru masih tinggi.
Baca juga :
|
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
April 2021
Categories |