Rifan Financindo - Dr. Budhi Antariksa Ph.(D), Sp. P (K) dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI, mengatakan, dalam menjalani adaptasi kebiasaan baru (ABK) atau new normal yang paling penting adalah menaati protokol kesehatan. Hal ini disebabkan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat berpindah dari satu orang ke orang lain.
"Saat PSBB diperlonggar, angka kasus positif meningkat. Ini sudah kejadian di Jakarta. Hal itu menjadi pertanda kalau virus berpindah ke orang lain, virus itu bermutasi dan bertambah banyak," kata Budhi dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6 pada Senin, 13 Juli 2020. Oleh sebab itu, lanjut Budhi, meningkatkan daya tahan tubuh menjadi penting pada kondisi saat ini. Menurut dia, daya tahan tubuh memiliki hubungan erat dengan asupan atau makanan bergizi dan pola istirahat. "Kalau pola tidur kurang, daya tahan tubuh akan menurun," ujarnya.
Baca juga :
Lebih lanjut, suplemen seperti imunomodulator dan multivitamin masih tetap diperlukan karena masih belum diketahui kapan Virus Corona akan hilang dan kapan vaksin akan ditemukan.
"Tidak semua virus RNA itu bisa dibuatkan vaksinnya. Contoh, HIV tidak ada vaksinnya, Hepatitis C juga tidak ada vaksinnya. Ada beberapa virus memang tidak ada vaksinnya. Dan kebetulan, COVID-19 itu masuk virus RNA, jadi belum tentu dia bisa dibentuk vaksinnya. Semoga sih bisa. Akan tetapi sampai sekarang belum ada buktinya," kata Budhi. Cara Memperkuat Daya Tahan Tubuh Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr. Inggrid Tania, M.Si., melanjutkan, orang yang sudah mulai beraktivitas di era new normal butuh daya tahan tubuh yang kuat. Menjaga asupan nutrisi dengan gizi seimbang, istirahat cukup, cairan cukup, olahraga teratur, dan menghindari stres dapat membantu daya tahan tubuh, kata Inggrid. Namun, aktivitas yang padat membuat tubuh membutuhkan ekstra peningkatan daya tahan. Itu mengapa tubuh memerlukan tambahan suplemen dari luar. Salah satu yang dianjurkan karena dinilai aman adalah suplemen imunomodulator. Imunomodulator, jelas Inggrid, adalah zat yang dapat memengaruhi sistem imun. Artinya, sistem tubuh diaktivasi dan dimodulasi. Immunomodulator terbagi dua, yakni imunosupresan (yang berefek menekan) dan immunostimulan (berefek meningkatkan) respons imun. Ketika tubuh membutuhkan peningkatan daya tahan, dibutuhkan imunomodulator yang bersifat immuno stimulan atau imun booster yang berfungsi meningkatkan aktivitas sel-sel imun tubuh. "Saya menganjurkan, di masa normal baru justru tetap perlu mengonsumsi suplemen imunomodulator. Kita tetap beraktivitas, tingkat stres tinggi baik stres fisik maupun stres mental. Ketika kita berada di luar rumah maka kita semakin tidak terlindungi sehingga potensi tertular COVID-19 juga tinggi," katanya. Dr Inggrid menjelaskan, Immunomodulator bisa dari substansi yang natural. Perlindungan imun yang maksimal atau komplet bisa didapat dengan mengonsumsi keduanya, baik imunomodulator yang natural contohnya Echinacea maupun yang sintetik. "Contoh yang sintetik itu misalnya vitamin C, vitamin D. Kemudian, yang dari bahan natural, tentu saja akan lebih bagus, karena lebih ramah diterima oleh tubuh kita. Sehingga lebih mudah diserap," katanya. Dr Inggrid juga menjelaskan bahwa imunomodulator yang bersifat immuno stimulan kuat atau imun booster kuat, bisa dikonsumsi setiap harinya antara 8 minggu sampai 16 minggu. "Biasanya, jeda dua minggu sudah cukup. Setelah itu, kita bisa konsumsi kembali suplemen immunomodulator itu. Hal ini untuk menghindari kemungkinan timbulnya efek samping, seperti imunosupresan, dan sebagainya. Meskipun sebenarnya belum ada bukti-bukti kuat bisa memicu itu. Ini asas kehati-hatian saja," ujarnya. Mengatur Sistem Daya Tahan Tubuh dengan Suplemen DR. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si, VP Research & Development and Regulatory SOHO Global Health mengatakan imunomodulator yang baik mengandung ekstrak Echinacea purpurea dan zinc picolinate. Kandungan ekstrak Echinacea purpurea telah terbukti secara klinis dapat memodulasi atau mengatur sistem daya tahan tubuh dan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Sementara zinc picolinate berperanan aktif dan bekerja sinergis pada sistem imun tubuh. Ia merekomendasikan IMBOOST, produk imunomodulator dari bahan natural yang berfungsi memodulasi sistem imun tubuh dari SOHO Global Health yang mengandung ekstrak Echinacea purpurea dan zinc picolinate. Selain itu terdapat juga IMBOOST Force yang mempunyai kekuatan lebih dalam imunomodulator karena terdapat tambahan kandungan ekstrak Black Elderberry yang dapat mencegah replikasi virus serta memodulasi peningkatan sistem imun tubuh dengan cara meningkatkan produksi monosit, yaitu bagian darah putih yang berperan dalam sistem imun tubuh, sehingga akan mempercepat proses penyembuhan bagi orang yang sudah sakit karena terinfeksi virus. Rifan Financindo. Sumber : liputan 6
0 Comments
PT Rifan Financindo - Obat herbal dari jamur Cordyceps sebagai antivirus dinyatakan aman untuk dikonsumsi jangka panjang. Bahkan jamur Cordyceps yang sudah dalam bentuk suplemen herbal, sejauh ini tidak memiliki efek samping.
"Sejauh ini, sejumlah literatur dan penelitian belum menemukan efek samping saat mengonsumsi Cordyceps militaris," tutur pakar biomolekuler Universitas Brawijaya Widodo saat sesi webinar Tangguh Hadapi New Normal, Rabu (1/7/2020). "Jamur ini juga termasuk obat tradisional yang sudah dipakai dalam pengobatan tradisional di Tiongkok dan Tibet ratusan tahun, sehingga cenderung lebih aman dikonsumis pada waktu yang relatif lama."
Baca juga :
Rifanfinancindo - Ketika kantor-kantor dan sekolah ditutup selama pandemi COVID-19, kini orang-orang sudah terbiasa bekerja dari rumah. Namun, perubahan drastis yang menjadi rutinitas ini menghasilkan masalah postur tubuh yang berbeda bagi kebanyakan orang.
Adapun beberapa cedera diakibatkan oleh kebiasaan membungkuk saat membuka laptop di sofa atau tempat tidur, dikutip dari Fox News. Menurut Dr. Rahul Shah, dokter ortopedi bedah tulang belakang dan leher bersertifikat dan bermitra dengan Premier Orthopaedic Associates di New Jersey, kebiasaan membungkuk membuat otot bekerja tanpa henti hanya untuk memastikan kepala tetap sejajar dengan panggul.
Baca juga :
Rifan Financindo - Indonesia pernah mengalami wabah flu burung yang terjadi sekitar 2005. Pengalaman negara ini menghadapi flu burung bisa diterapkan juga pada saat pandemi COVID-19 seperti saat ini seperti disampaikan Ketua Komite Nasional Pengendalian Flu Burung Pandemi Influenza (FBPI) 2005-2009 Bayu Krisnamurthi.
Bila dibandingkan dampaknya, wabah flu burung jauh lebih ringan dibandingkan COVID-19. Kalau dibandingkan dengan COVID-19 terus terang saja saya harus mengatakan flu burung itu enggak ada apa-apanya," kata Bayu di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (10/7/2020). Pada 2005 ada sekitar 200 kasus penularan flu burung di Indonesia. Jumlah kasus di dunia kurang dari 1.000.
Baca juga :
Meski kasusnya jauh lebih rendah dari COVID-19, angka kematian flu burung sangat tinggi. Angka kematian dunia flu burung sebesar 60 persen, sementara di Indonesia lebih tinggi dari itu yakni 80 persen.
Dalam penanganan penyakit flu burung, pemerintah mengambil langkah cepat dengan membentuk Komnas FBPI sejak awal flu burung terdeteksi di Indonesia. Komnas FBPI kemudian melancarkan strategi yang akhirnya dapat meredam dampak wabah flu burung saat itu. Saat menangani penyakit tersebut, Komnas FBPI melibatkan seluruh ilmuwan yang ada. Mengingat, saat itu flu burung merupakan sesuatu yang baru. Bayu menambahkan, dalam penanganan kasus flu burung, unggas yang berpotensi terinfeksi harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Hal itu pun mengorbankan ekonomi dimana ayam dan unggas memiliki nilai yang tinggi bagi masyarakat. "Sehingga kita menangani penyakitnya, dampak sosial-ekonominya, dan komunikasi publiknya itu dalam porsi yang sama besar," ucap Bayu. Strategi Komunikasi yang Baik Bayu juga menitikberatkan pentingnya strategi komunikasi yang perlu disusun dengan baik agar pemenuhan informasi kepada masyarakat dapat diterapkan. "Strategi komunikasi ini kita susun dengan baik, strategis, komprehensif, multilevel, multimedia. Masyarakat sekarang membutuhkan informasi, kalau tidak diisi mereka akan cari, jadi penuhi dengan informasi yang benar," ucap Bayu. Komunikasi kepada masyarakat dilakukan tidak putus-putus tapi dengan penyampaian yang kreatif. "Komunikasi yang membuat mereka bukan hanya takut, tapi juga kita siaga," kata dia. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Virus flu babi baru yang berasal dari China sedang hangat diperbincangkan. Virus yang disebut G4 EA H1N1 ini merupakan turunan dari virus flu babi (H1N1) yang sempat memakan korban pada 2009 silam.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyampaikan bahwa virus ini berpotensi menjadi flu pandemi. “Karena virus G4 sudah beredar di populasi babi China. Varian paling umum dari virus flu EA H1N1 adalah strain genotype 1 (G1) tapi mutase pada strain ini akhirnya memunculkan varian genotype 4 (G4),” ujar Nadia dalam webminar Kementerian Sosial, Kamis (9/7/2020).
Baca juga :
Alasan lainnya, virus G4 ini dapat melekat dan terikat di reseptor SAa2,6Gal yang mirip manusia. SAa2,6Gal adalah reseptor yang ada di sel lapisan pernapasan manusia. Jika virus melekat di reseptor tersebut, maka virus dapat masuk ke sel-sel lain dalam tubuh.
Selain itu, virus G4 juga dapat melekat di jaringan trakea manusia dengan melekat di tabung penghubung saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah. Pada akhirnya, virus penyebab flu babi dapat menuju ke paru-paru. “Setelah masuk ke sel-sel manusia, virus baru ini dapat berkembang biak dan menyebar di sana. Hasil percobaan pada hewan sejenis musang menemukan bahwa virus ini dapat menular melalui tetesan air liur atau kontak langsung.” Nadia menambahkan, virus G4 cukup berbeda dengan strain virus yang ada dalam vaksin flu. Hal ini menyebabkan vaksin flu yang ada sekarang kurang bisa memberi perlindungan terhadap G4 EA H1N1 dan diperlukan vaksin flu baru untuk mengatasinya. Namun, proses menemukan vaksin virus flu babi ini tidak sesulit mengembangkan vaksin COVID-19 yang benar-benar baru. “Orang yang berpotensi tertular virus ini adalah orang-orang yang bekerja atau menjalani aktivitas harian bersama babi. Sejauh ini di Indonesia belum ada infeksi dan semoga tidak ada.” Upaya Pencegahan Ada beberapa kiat yang disampaikan Nadia agar terhindar dari risiko terinfeksi viru G4 EA H1N1. Di antaranya, menghindari kontak langsung dengan babi yang sakit dan menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja dengan babi. Menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan yang berhubungan dengan babi seperti kendang, pasar babi, dan tempat pemotongan babi. “Lakukan desinfeksi, cuci tangan dan menjaga kebersihan perorangan serta melakukan vaksinasi hewan.” Sejauh ini, Kementerian Kesehatan sudah membuat Surat Edaran Dirjen P2P kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kantor Kesehatan Pelabuhan tentang Kewaspadaan Terhadap Galur Baru Virus Flu Babi H1N1 (GA EA H1N1) dengan merujuk pada Surat Edaran Dirjen PKH Kementerian Pertanian (Kementan) tentang hal yang sama. Koordinasi pun dijalin dengan Kementan Ditjen PKH. Serta dibuatnya rencana penyelenggaraan Seminar Virtual tentang kewaspadaan virus G4 pada Jumat besok. PT Rifan Financindo. Sumber : liputan 6
Rifanfinancindo - Kementerian Pertanian menyampaikan gambaran soal eucalyptus dan kayu putih, bahwa kayu putih merupakan salah satu spesies eucalyptus yang ada di dunia.
"Jadi memang di masyarakat menyamakan kayu putih dan eucalyptus. Kayu putih ini salah satu spesies atau bagian dari spesies eucalyptus yang ada di dunia. Ada 900 spesies di dunia," jelas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Fadjry Djufry saat sesi konferensi pers virtual, Senin (6/7/2020). "Ini spesies yang ada di Australia, tapi sudah berkembang banyak di Indonesia." Setelah mendapat material atau bahan aktif dari eucalyptus, Balitbangtan memprosesnya hingga menjadi bahan ekstrak. Kemudian proses itu diuji sebagai bahan produk kesehatan.
Baca juga :
"Bahannya diekstrak sampai kita dapatkan (dalam bentuk) minyak. Lalu kami mengujinya di Balai Besar Penelitian veteriner yang kita punya. Ini karena memang di Balai Besar Penelitian, pengujian juga terkait dengan penyakit penyakit zoonosis," lanjut Djufry.
Uji Bahan Herbal Penelitian eucalyptus oleh Balitbangtan sudah berlangsung cukup lama, terutama diuji pada virus Corona dan avian influenza. "Kalau berbicara mengenai virus Corona, sejak tahun 1991 kami sudah melakukan penelitian terkait. Dan ini (penelitian) memang sudah sudah cukup lama. Kami terus melakukan penelitian karena strain virus yang terus berkembang," Djufry menambahkan. "Setelah uji, kita tahu berapa dosis yang yang bisa efektif berpotensi untuk membunuh virus Corona termasuk Avian influenza H5N1 dan influenza biasa." Tak hanya eucalyptus, Balitbangtan juga menguji bahan-bahan herbal lain yang berpotensi menghambat virus. "Kami coba gunakan bahan baku yang sudah dikenal masyarakat dan memang ada di sekitar kita. Kurang lebih 65 bahan herbal. Ada jahe, kunyit, jambu biji, serai, dan sebagainya. Percobaannya (penelitian) memang cukup lama," ujar Djufry. Terkait kalung eucalyptus, Djufry menegaskan produk tersebut tidak diklaim sebagai antivirus. Eucalyptus yang diteliti Balitbangtan menyasar virus Corona jenis lain, bukan Sars-CoV-2 penyebab COVID-19. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Jawa Barat Ria Bandiara mengingatkan bahaya obesitas. Selain dapat meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes dan jantung, juga penyakit ginjal, salah satunya batu ginjal.
“Kegemukan akan mengakibatkan obesitas, dan obesitas akan mengakibatkan banyak penyakit salah satunya adalah penyakit Ginjal,” ujar Ria dalam keterangan resmi ditulis Sabtu, 4 Juli 2020. Obesitas membuat ginjal bekerja lebih keras. Yakni menyaring atau memfiltrasi darah lebih banyak (hiperfiltrasi) untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat. Peningkatan peran fungsi ini sebut Ria, dapat merusak ginjal dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal kronik.
Baca juga :
Berdasarkan data tahun 2014 menunjukkan adanya 600 juta usia dewasa dengan obesitas di dunia. Estimasi sampai tahun 2025, orang obesitas ini mencapai 18 persen pada laki-laki dan lebih 21 persen pada wanita di seluruh dunia, dan obesitas berat pada wanita dan pria masing-masing sebanyak 6 persen dan 9 persen.
“Pada negara tertentu bahkan obesitas mencapai lebih dari sepertiga populasi dewasa yang memberikan kontribusi signifikan terhadap buruknya derajat kesehatan serta tingginya pengeluaran biaya kesehatan setiap tahunnya,” ucap Ria. Sama halnya dijelaskan oleh dokter spesialis penyakit dalam Rudi Supriyadi, penderita obesitas mengalami risiko 83 persen lebih besar mengalami penyakit ginjal kronik daripada orang dengan berat badan normal. Tercatat 600 juta orang di dunia mengalami obesitas dan 220 juta diantaranya adalah anak sekolah. “Mayoritas orang dengan penyakit ginjal terjadi pada usia 40 tahun keatas, namun beberapa tahun terakhir terjadi fenomena yang mengkhawatirkan, usia penderita penyakit ginjal semakin muda. Saat ini banyak anak-anak yang sakit ginjal dan terpaksa harus menjalani cuci darah secara berkala,” kata Rudi. Gejala awal tidak timbulkan rasa sakit Rudi menjelaskan mengenali penyakit ginjal memang tidak terlalu mudah, karena pada umumnya penyakit ginjal tidak menimbulkan rasa sakit. Untuk mendeteksi secara dini, sebaiknya setidaknya sekali dalam setahun memeriksakan diri ke dokter dengan tes laboratorium sederhana yaitu urine, ureum dan kreatinin, biayanya relatif terjangkau, sekitar Rp50 ribu saja. Rudi menyarankan lebih murah mencegah daripada jika sudah sakit sulit mengobatinya dan biayanya sangat mahal. Gejala seperti jumlah urine harian yang berkurang atau berbuih, kencing berdarah, kencing berpasir serta hipertensi merupakan gejala awal yang mencurigakan terhadap penyakit ginjal kronik. “Rasa nyeri yang terkait ginjal bisa berupa nyeri pinggang dengan penyakit ginjal karena batu ginjal, tumor dan infeksi. Sedangkan nyeri sekitar kandung kemih bawah lebih banyak menunjukkan pada infeksi saluran kemih," katanya. Cara mencegah sakit ginjal tentu saja adalah pola hidup sehat. Konsumsi makanan seimbang, olahraga teratur, istirahat cukup, kelola stres dan hindari merokok dan minuman beralkohol. Dokter subspesialis endokrinologi dan penyakit metabolisme, Nanny Natalia M. Soetedjo menuturkan yang jadi kendala dalam mengatur jumlah asupan makanan adalah menakar makanan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh dan tidak menyebabkan obesitas. Sangat mudah untuk menakar makanan sehingga tidak ada alasan untuk makan berlebihan. “Saya menggunakan rumus yang mudah. Setiap makan, porsi karbohidrat adalah sekepalan tangan, tentunya kepalan tangan wanita dan laki-laki biasanya lebih besar laki-laki, selanjutnya proteinnya 2/3 telapak tangan, sayurannya 1 raupan (menggunakan kedua tangan.red), dan buahnya satu kepalan tangan dan minum 30 cc kali berat badan. Ukuran tersebut berlaku untuk satu kali makan ya,” jelas Nanny. Nanny menambahkan, selain pola konsumsi perlu diperhatikan juga pola aktivitas fisik atau olahraga. Organisasi kesehatan dunia, WHO, menganjurkan dalam satu minggu minimal olahraga selama 150 menit yang dibagi kepada 3-5 waktu. Namun, Nanny mengatakan olahraga terlalu sering dianggap kurang bagus karena seluruh otot memerlukan istirahat. Sehingga disarankan melakukan secukupnya sesuai anjuran. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
PT Rifan Financindo - Di masa pandemi, pasien penyakit tidak menular tetap harus melakukan kontrol untuk memantau kondisi kesehatannya selagi tetap menjaga dirinya dari tertular COVID-19.
Dokter Eka Ginanjar dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengatakan bahwa di masa pandemi, orang yang sehat harus menjaga agar orang dengan penyakit tidak menular di sekitarnya tidak terkena COVID-19. "Yang paling penting, orang dengan penyakit tidak menular ini, diabetes, darah tinggi, yang sudah kena, stroke, penyakit jantung, jangan lupa ini penyakit degeneratif. Penyakit yang harus dikontrol," kata Eka dalam siaran bincang-bincang dari Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Senin (6/7/2020).
Baca juga :
"Jadi (karena pandemi) takut ke rumah sakit, jangan (karena) takut jadi tidak berobat," kata Sekretaris Jenderal PAPDI itu.
Ia mengatakan, waspada terhadap COVID-19 bukan berarti pasien PTM mengabaikan kondisi kesehatan yang sudah lebih dulu dimilikinya. Taat Minum Obat Senada dengan Eka, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa pasien PTM tetap harus memantau dan menjaga kondisi kesehatannya meski di masa pandemi. Umumnya, pemantauan pasien PTM paling tidak dilakukan sebulan sekali. Namun di masa pandemi, Kemenkes mengatakan ada fleksibilitas bagi mereka. "Untuk penyandang PTM mendapat fleksiblitas bahwa obat diberikan untuk dua bulan, yang biasanya satu bulan, sehingga mengurangi mobilisasi mereka keluar," kata Direktur Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular Kemenkes Cut Putri Arianie dalam kesempatan yang sama. Selain itu, Cut Putri juga meminta agar orang dengan PTM harus taat dalam minum obat. "Yang penting minum obat secara teratur. Karena dalam survei kami menunjukkan orang PTM itu 50 persen tidak patuh dalam minum obat," ujarnya. PT Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6
Rifanfinancindo - China menyetujui diberikannya vaksin eksperimental untuk COVID-19 terhadap pasukan militernya. Ini menjadikannya sebagai kandidat vaksin virus corona pertama yang digunakan pada angkatan bersenjata di dunia.
Vaksin bernama Ad5-nCoV ini dikembangkan oleh Academy of Military Medical Sciences bersama dengan perusahaan farmasi CanSino Biologics di Sanjin. Dilaporkan South China Morning Post, dikutip Rabu (1/7/2020), CanSino pada Senin lalu mengatakan bahwa kandidat vaksin COVID-19 itu telah melewati dua fase uji klinis. Hasilnya disebut aman dan memiliki respon imun yang relatif tinggi terhadap antigen.
Baca juga :
Meski belum dimulau uji klinis fase ketiga untuk mengonfirmasi efektivitas vaksin untuk melindungi seseorang dari infeksi, penggunaannya untuk militer Tiongkok sudah diperbolehkan untuk satu tahun. Namun, vaksin ini belum boleh digunakan untuk warga sipil.
"Ad5-nCoV saat ini terbatas pada penggunaan militer saja dan penggunaannya tidak boleh diperluas ke cakupan vaksinasi yang lebih luas tanpa persetujuan Logistics Support Department," kata CanSino dikutip dari New York Post. Pengembangan Vaksin di China China dilaporkan telah memiliki delapan kandidat vaksin COVID-19 yang sudah diperbolehkan melakukan uji klinis. Ad5-nCoV merupakan salah satunya. Vaksin ini dikembangkan berdasarkan vaksin Ebola yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Academy of Military Medical Sciences yang dipimpin oleh Mayor General Chen Wei. CanSino mengatakan bahwa uji coba fase dua telah selesai pada 11 Juni lalu. Namun, mereka belum merilis hasil penelitian tersebut. Data dari fase pertama telah diterbitkan di jurnal The Lancet pada Mei lalu. Di situ mereka melaporkan bahwa Ad5-nCoV menjadi kandidat vaksin COVID-19 yang berpotensi melakukan penelitian lebih lanjut. CanSino juga mengungkapkan bahwa mereka telah sepakat dengan pemerintah Kanada untuk melakukan uji klinis fase ketiga di negara tersebut. Namun, belum ada laporan lanjutan soal hal ini. Mereka mengatakan bahwa apabila studi mereka sukses, maka mereka siap untuk memproduksi 100 juta dosis vaksin. Rifanfinancindo. Sumber : Liputan 6
Rifan Financindo - Suplemen herbal dapat menjadi salah satu pelengkap kebutuhan menjaga daya tahan tubuh di masa pandemi COVID-19. Namun, Anda perlu cermat memilih suplemen herbal agar mendapatkan khasiat terbaiknya.
Pakar biomolekuler Universitas Brawijaya Widodo menerangkan, pemilihan suplemen-suplemen herbal yang baik adalah yang sesuai kebutuhan. "Kita kan sedang menghadapi COVID-19, jadi suplemen herbal yang baik itu yang dapat menjaga daya tahan tubuh. Idealnya suplemen yang dikonsumsi mengandung antivirus dan anti inflamasi. Ini karena rata-rata infeksi virus mengakibatkan inflamasi," terang Widodo saat sesi webinar Tangguh Hadapi New Normal, Rabu (1/7/2020).
Baca juga :
"Anda juga bisa memilih suplemen yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh atau menstimulasi sistem imun tubuh. Dalam hal ini, kandungan suplemen punya bahan aktif imunomodulator (senyawa meningkatkan sistem imun).
Suplemen dari Jamur Cordyceps Salah satu suplemen herbal dari jamur Cordyceps bisa menjadi pilihan untuk dikonsumsi. Widodo meneliti jamur Cordyceps, yang kandungannya dapat meningkatkan sekaligus menjaga daya tahan tubuh. "Jamur Cordyceps memiliki beberapa bahan aktif dan mampu sebagai imunomodulator, anti-inflamasi, dan juga punya potensi antivirus. Studi menunjukkan bahwa jamur ini setidaknya memiliki senyawa aktif," lanjut Widodo. "Kandungan Adenosin, Cordycepin, Polisakarida berpotensi sebagai antivirus yang mampu menghambat, mengganggu proses replikasi virus. Bisa juga bertindak sebagai anti inflamasi dan bisa dipakai untuk mengurangi gangguan pernapasan, termasuk antioksidan." Penelitian jamur Cordyceps cukup banyak diteliti di luar negeri. Ini karena jamur tersebut sudah lama dikenal. "Dari jurnal-jurnal publikasi, senyawa jamur Cordyceps mampu mem-blok atau menghambat proses replikasi virus. Yang menarik, jamur ini juga punya potensi bisa bekerja sistemik untuk melakukan proses homeostasis (keseimbangan daya tahan tubuh)," lanjut Widodo. Rifan Financindo. Sumber : Liputan 6 |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
April 2021
Categories |